Anies Baswedan menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta sejak 16 Oktober 2017 dan akan menyudahi jabatannya pada 15 Oktober 2022. Di akhir masa kepemimpinannya, Anies mampu menekan prevalensi stunting bayi usia di bawah 5 tahun (Balita) Jakarta ke level 16,8% pada 2021.
Angka ini turun 5,9 poin persentase dibanding posisi awal menjabat gubernur di Ibu Kota Jakarta sebesar 22,7% pada 2017. Artinya, di akhir kepemimpinan Gubernur Anies, angka stunting di Jakarta turun dari kategori medium menjadi rendah hingga 2021. Berikut ini kategori kelompok stunting:
- Sangat tinggi >=40%
- Tinggi 30-39,9%
- Medium 20-29,9%
- Rendah <20%
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka stunting Jakarta Utara tercatat paling tinggi di Ibu Kota, yakni mencapai 20,4% pada 2021. Sebanyak 1 dari 5 Balita di Jakarta Utara mengalami stunting. Berikut ini prevalensi balita stunting di Jakarta menurut kabupaten/kota pada 2021:
- Jakarta Utara: 20,4%
- Jakarta Pusat: 19,7%
- Kep, Seribu: 19,3%
- Jakarta Barat : 7,6%
- Prov, Jakarta: 16,8%
- Jakarta Selatan: 15,7%
- Jakarta Timur: 13,4%
Masalah gizi pada Balita masih menjadi permasalahan kesehatan yang tergolong tinggi di Indonesia. Salah satunya masalah stunting, yakni kondisi yang ditandai ketika panjang atau tinggi badan anak kurang jika dibandingkan dengan umurnya.
Stunting ini merupakan salah satu indikator gagal tumbuh pada Balita akibat kekurangan asupan gizi kronis pada periode 1.000 hari pertama kehidupan, yakni dari anak masih dalam bentuk janin hingga berusia 23 bulan.
(Baca: Stunting Balita Indonesia Masih di Atas 24% pada 2021)