Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) memperkirakan Rusia telah meraih "surplus" senilai miliaran euro dalam 100 hari pertama invasinya ke Ukraina.
Hal ini dijelaskan CREA dalam laporan riset bertajuk Financing Putin's War yang dirilis 13 Juni 2022.
CREA menyatakan bahwa serangan militer Rusia ke Ukraina banyak didanai dari hasil ekspor komoditas energi, seperti minyak bumi, gas bumi, dan batu bara.
"Pendapatan dari ekspor bahan bakar fosil menjadi pendukung utama pembiayaan militer dan agresi Rusia terhadap Ukraina," ungkap CREA dalam laporannya.
Dalam 100 hari pertama perang, yakni periode 24 Februari-3 Juni 2022, CREA memperkirakan Rusia telah mengantongi pendapatan dari ekspor energi fosil sebesar €93 miliar atau sekitar Rp1,42 kuadriliun (asumsi kurs Rp15.322 per euro).
Sementara itu kebutuhan pembiayaan militer Rusia diperkirakan sebesar €840 juta per hari, atau €84 miliar selama 100 hari pertama perang.
Dari perhitungan ini, Rusia diperkirakan memiliki "surplus" sebesar €9 miliar atau sekitar Rp137 triliun hanya dari ekspor energi.
"Pendapatan (Rusia) dari ekspor bahan bakar fosil melampaui jumlah pembiayaan militer sepanjang 100 hari pertama perang," jelas CREA dalam laporannya.
CREA pun mendorong negara-negara untuk membatasi bahkan menyetop pembelian energi fosil dari Rusia, demi membantu mengakhiri kekacauan perang di wilayah Ukraina.
"Buat rencana untuk mengganti energi fosil Rusia dengan energi bersih sesegera mungkin," tambah CREA.
(Baca Juga: Sumber Dana Putin, Ini Negara Pembeli Minyak Rusia Terbesar Selama Perang)