Pemanasan Global, Lapisan Es di Antartika Berkurang 2.643,3 Gigaton per Maret 2022


Nama Data | Nilai |
---|---|
13 Des 2010 | -904,8 |
16 Okt 2011 | -876,2 |
17 Des 2012 | -1.108,2 |
17 Des 2013 | -1.389,3 |
18 Nov 2014 | -1.514,2 |
24 Des 2015 | -1.881 |
24 Des 2016 | -1.572,8 |
10 Jun 2017 | -1.797,4 |
17 Des 2018 | -2.259,9 |
17 Des 2019 | -2.376,1 |
17 Des 2020 | -2.716,3 |
17 Des 2021 | -2.754,7 |
15 Mar 2022 | -2.643,3 |
- A Font Kecil
- A Font Sedang
- A Font Besar
Salah satu dampak nyata perubahan iklim adalah naiknya muka air laut. Kenaikan permukaan air laut itu terjadi lantaran lapisan es di kutub bumi yang mencair akibat pemanasan global.
Menurut data Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), lapisan es di Antartika atau Kutub Selatan berkurang sebanyak 2.643,3 gigaton per 15 Maret 2022 (1 gigaton = 1 miliar metrik ton).
Sepanjang 2010 hingga Maret 2022, pengurangan tertinggi massa lapisan es Antartika terjadi pada Desember 2021 mencapai 2.754,7 gigaton.
Antartika mengandung lebih dari setengah air tawar dunia dalam lapisan esnya yang membeku. Jika pemanasan global semakin tak terkendali, Antartika akan segera melewati "titik tidak bisa kembali" yang bisa membuat sebuah benua menjadi kering.
Saat kawasan es di bagian kutub mencair akibat perubahan iklim, hal itu juga dapat menimbulkan masalah bagi hewan yang bergantung pada es laut untuk berkembang biak, berburu, dan mencari makan.
(Baca Selengkapnya: NASA: Suhu Permukaan Bumi Naik 0,85 °C pada 2021)