Kecemasan terhadap ketidakpastian global dampak dari kenaikan suku bunga The Fed serta ancaman perang dagang memicu terjadinya pelemahan mata uang global terhadap Dolar Amerika Serikat (AS). Beberapa mata uang negara pasar berkembang sepanjang 2018 terdepresiasi terhadap dolar AS, tidak terkecuali dengan rupiah yang sempat melemah hingga ke Rp 15.200/dolar AS.
Berdasarkan data dalam Siaran Pres Akhir Tahun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2018 nilai tukar rupiah sepanjang tahun ini melemah 6,42% terhadap dolar AS (YTD) hingga (18/12). Pelemahan rupiah ini bukan yang terburuk dibanding negara lainnya. Mata uang Turki, lira bahkan mengalami depresiasi sebesar 28,98% terhadap dolar AS, real Brasil (15,07%), rand Afrika Selatan (13,59%). Demikian pula, rubel Rusia (13,59%) dan rupee India (9,81%).
Bank sentral AS (The Fed) yang menaikkan suku bunga acuannya sebanyak empat kali sepanjang tahun ini guna meredam laju inflasi membuat dana asing keluar dari negara pasar berkembang menuju ke Amerika. Ketidakpastian global mendorong para pengelola dana berinvestasi dalam mata uang yang dianggap aman saat ini seperti dolar AS. Ini yang membuat mata uang global melemah.