Pasar obligasi ternyata lebih tahan banting dibanding saham di tengah melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Ini terlihat pada grafik yang diolah Katadata di bawah ini bahwa penurunan indeks obligasi tidak sedalam indeks saham maupun rupiah. (Indeks, 2 Jan 2018=100)
Ketidakpastian pasar finansial global terkait kenaikan suku bunga The Fed (bank sentral AS), perang dagang serta defisit neraca perdagangan Indonesia yang kian melebar membuat rupiah terpuruk hingga di atas level Rp 15.000/dolar AS. Imbasnya harga saham dan obligasi turun membuat para investor banyak yang mengalami kerugian sepanjang tahun ini.
Nilai tukar rupiah pada perdagangan, Jumat (5/10) ditutup di level Rp 15.183/dolar AS, yang berarti melemah 10,99% dari posisi awal tahun. Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia sudah terkoreksi 9,58% ke level 5.731,94. Demikian pula indeks gabungan obligasi IBPA turun 4,39% ke posisi 232,75.