Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia mengalami kenaikan seiring meningkatnya ketidakpastian di pasar finansial global. Tren suku bunga The Fed yang masih akan naik, kecemasan terhadap dampak perang dagang, serta krisis yang melanda beberapa negara pasar berkembang membuat para pengelola dana menghindari investasi dalam mata uang yang dianggap berisiko, tidak terkecuali dalam rupiah.
Indonesia sebagai negara pasar berkembang sudah terkena dampaknya, nilai tukar rupiah terdepresiasi sekitar 8% terhadap dolar AS sepanjang tahun ini. Melemahnya nilai tukar rupiah membuat imbal hasil obligasi pemerintah dengan tenor 10 tahun, baik dalam mata uang rupiah dan dolar AS bergerak naik. Para investor meminta imbal hasil yang lebih tinggi seiring naiknya risiko berinvestasi dalam mata uang rupiah.
Dengan naiknya imbal hasil Surat Utang Negara (SUN), maka beban pembiayaan utang pemerintah juga akan terkerek naik. Ditambah lagi nilai tukar rupiah yang cenderung melemah terhadap dolar Amerika membuat pemerintah harus mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk menerbitkan obligasi atau pinjaman baru. Yield obligasi pemerintah dengan tenor 10 tahun dalam mata uang rupiah sepanjang tahun ini telah naik 226 bps menjadi 8,52% demikian pula dalam mata uang dolar AS naik 108 bps menjadi 4,61%.