Membaiknya ekonomi Amerika Serikat (AS) telah mendorong laju inflasi di negara adi daya tersebut. Hal ini menjadi salah satu pemicu naiknya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS. Berdasarkan data Bloomberg yield obligas AS dengan tenor 10 tahun terus bergerak naik hingga mendekati level 3% seperti yang terlihat pada grafik di bawah ini.
Inflasi Amerika pada Mei 2018 mencapai 2,8% dibanding Mei 2017 (YoY) sementara target inflasi hingga akhir tahun hanya 2%. Naiknya harga-harga barang membuat para investor meminta imbal hasil yang lebih tinggi agar keuntungan yang diperolehnya tidak habis tergerus inflasi. Alhasil, yield obligasi AS telah berada di level 2,95% pada 8 Juni 2018.
Sedangkan untuk menahan laju inflasi, bank sentral AS (The Fed) terpaksa menaikkan suku bunga acuannya. Seperti diketahui, The Fed telah menaikkan suku bunga patokannya sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 1,75% pada Maret 2018. Membaiknya perekonomia AS yang berdampak terhadap tingginya inflasi, mmebuat para ekonom memprediksikan bahwa The Fed bakal kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps menjadi 2% dalam sidang FOMC yang berlangsung 12-13 Juni 2018. Sepanjang tahun ini, bank sentral AS memiliki ruang untuk menaikkan suku bunganya sebanyak empat kali.