Menurut laporan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), sepanjang 2022 produksi minyak sawit nasional mencapai 51,2 juta ton, terdiri dari crude palm oil (CPO) 46,7 juta ton dan crude palm kernel oil (CPKO) 4,5 juta ton.
Kendati produksinya cenderung stabil, yakni hanya turun 0,1% dibanding 2021 (year-on-year/yoy), ekspor minyak sawit Indonesia pada 2022 turun 8,5% (yoy) menjadi 30,8 juta ton dan mencapai rekor terendah dalam lima tahun terakhir.
Menurut Gapki, penurunan ekspor itu dipengaruhi banyak faktor, mulai dari cuaca ekstrem, perang Rusia-Ukraina, lonjakan harga minyak nabati di pasar global, kenaikan harga pupuk, kebijakan pelarangan ekspor, sampai rendahnya pencapaian program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).
"Kejadian tidak biasa tersebut sangat berpengaruh terhadap kinerja industri sawit Indonesia," kata Gapki dalam siaran persnya, Rabu (25/1/2023).
Di sisi lain, konsumsi minyak sawit dalam negeri pada 2022 justru mencapai 20,9 juta ton, naik sekitar 13% (yoy) sekaligus menyentuh level tertinggi sejak 2018.
Jika dirinci lagi, konsumsi lokal minyak sawit untuk industri pangan naik sekitar 11% (yoy), industri oleokimia naik 2,8% (yoy), dan konsumsi untuk biodiesel meningkat 20,4% (yoy).
"Kondisi yang mempengaruhi industri sawit sepanjang tahun 2022 diperkirakan masih akan mempengaruhi kinerja sawit tahun 2023," kata Gapki.
"Produksi diperkirakan masih belum akan meningkat, sementara konsumsi dalam negeri diperkirakan akan meningkat akibat penerapan kewajiban B35 mulai 1 Februari 2023," lanjutnya.
(Baca: Produsen CPO Terbesar Dunia, RI-Malaysia Sepakat Lawan Diskriminasi Sawit)