Menurut data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), volume ekspor minyak sawit nasional pada Mei 2022 hanya mencapai 678 ribu ton.
Jumlah tersebut anjlok 68% dari volume ekspor April 2022 yang mencapai 2,1 juta ton.
Penurunan drastis ini terjadi akibat pelarangan ekspor minyak sawit yang diberlakukan selama periode 28 April-22 Mei 2022.
(Baca Juga: Meski Langganan, India Tidak Kebagian CPO Indonesia pada Mei 2022)
GAPKI mencatat penurunan terbesar Mei 2022 terjadi pada volume ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan olahan CPO.
Sementara volume ekspor produk turunan sawit berupa oleokimia dan biodiesel Mei 2022 relatif sama dengan April 2022.
GAPKI juga melaporkan harga CPO CIF Rotterdam pada Mei 2022 sebesar US$1.714/ton, turun dibanding harga April 2022 yang nilainya US$1.719/ton. Harga tender dalam negeri ikut turun dari US$1.144,7 pada April 2022 menjadi US$936,0 pada Mei 2022.
Harga CPO yang turun ini berpengaruh pula pada melemahnya produksi dan harga tandan buah sawit (TBS) yang diterima oleh petani.
"Kebijakan larangan ekspor tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap pencapaian ekspor, tetapi juga terhadap produksi. Secara agronomis, produksi TBS tanaman meningkat, tetapi secara industri produksi CPO 18% lebih rendah dari produksi bulan April," ungkap GAPKI dalam keterangan persnya, Jumat (15/7/2022).
(Baca Juga: Larangan Ekspor Dicabut, Perdagangan CPO Indonesia Bangkit pada Juni 2022)