Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, Indonesia telah mengekspor teh hitam dan teh hijau sebesar 44.979 ton dengan nilai US$90 juta pada 2022.
Volume itu tumbuh 5,5% dibanding periode tahun lalu (year-on-year/yoy) yang sebesar 42.654 ton atau senilai US$89,15 juta. Meski angka kumulatif naik, di antara kedua jenis teh itu, teh hijau justru mengalami penurunan.
Tercatat pada 2022 volume ekspor teh hijau mencapai 5.030 ton atau 11,2% terhadap total volume ekspor teh, dengan nilai ekspor sebesar US$10,15 juta.
Capaian 2022 turun sekitar 5,5% (yoy) dari sebelumnya yang sebesar 5.323 ton pada 2021. Nilai ekspor pada 2021 terbukukan sebesar US$11,89 juta.
Penurunan tak hanya terjadi pada 2022. Sebelumnya pada 2019, ekspor teh hijau anjlok 44,37% (yoy). Rinciannya, volume ekspor pada 2018 sebesar 11.583 ton turun menjadi 6.443 ton pada 2019.
Selama lima tahun, volume ekspor teh hijau terendah terjadi pada 2022. Sedangkan tertinggi pada 2018.
Sementara itu, BPS menyebut teh hitam Indonesia merajai pangsa ekspor sekitar 76-87%. Volume ekspor teh hitam pada 2022 mencapai 39.948 ton atau 88,8% terhadap total volume ekspor teh dengan nilai ekspor sebesar US$79,83 juta.
Pengiriman pada 2022 naik 7,01% (yoy) dari sebelumnya yang sebesar 37.331 ton pada 2021. Adapun nilai pada 2021 tercatat sebesar US$77,26 juta.
Meski menjadi jenis teh yang unggul, teh hitam sempat mengalami penurunan ekspor pada 2019. Volumenya sebesar 36.368 ton, turun 2,9% (yoy) dari sebelumnya yang sebesar 37.455 ton pada 2018.
Selama lima tahun, ekspor tertinggi teh hitam terjadi pada 2022. Sementara capaian terendahnya pada 2019.
(Baca juga: Jawa Barat Merajai Produksi Teh Nasional pada 2022)