Kualitas konsumsi pangan masyarakat Indonesia pada 2024 turun dibanding tahun sebelumnya.
Hal ini tercermin dari turunnya skor Pola Pangan Harapan (PPH), yang dirilis Badan Pangan Nasional (Bapanas) dalam laporan Direktori Perkembangan Konsumsi Pangan Nasional dan Provinsi Tahun 2020-2024.
(Baca: Pengeluaran Rokok Warga Lebih Tinggi dari Sayur dan Daging pada 2024)
Skor PPH merupakan indikator untuk mengukur mutu gizi dan keragaman konsumsi pangan masyarakat.
Bapanas menghitung skor PPH menggunakan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dari Badan Pusat Statistik (BPS), yang melibatkan sampel 345 ribu rumah tangga di wilayah perdesaan dan perkotaan.
Skor PPH dirumuskan dalam skala 0-100. Makin tinggi skornya, maka kualitas konsumsi pangan masyarakat diasumsikan membaik, dalam artian makin beragam dan bergizi seimbang.
Sebelumnya, skor PPH nasional sempat naik tiga tahun berturut-turut dari 86,3 pada tahun 2020, menjadi 94,1 pada tahun 2023.
Namun, pada 2024 skornya turun menjadi 93,5 seperti terlihat pada grafik.
(Baca: Rasio Pengeluaran Makanan Penduduk Indonesia Naik pada 2024)
Menurut Bapanas, penurunan skor PPH pada 2024 dipengaruhi berbagai faktor, di antaranya berkurangnya konsumsi energi pangan dan protein secara nasional.
"Beberapa faktor lain yang mempengaruhi penurunan skor PPH yaitu pangsa pengeluaran pangan Maret 2024 meningkat dibandingkan Maret 2023, mengindikasikan adanya penurunan tingkat kesejahteraan masyarakat," kata Bapanas dalam laporannya.
"Proporsi penduduk kelas menengah mengalami penurunan ke kelompok menuju kelas menengah (terancam miskin), yang menurunkan daya beli karena peningkatan harga dan penurunan pendapatan," lanjutnya.
Bapanas juga menyatakan penurunan skor PPH pada 2024 turut dipengaruhi pergeseran pola konsumsi masyarakat, dari memasak di rumah ke membeli makanan jadi, yang berdampak pada tingkat keragaman konsumsi pangan.
(Baca: Penjualan Makanan Online di Indonesia Meningkat pada 2024)