Badan Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan neraca aset sumber daya kayu, dengan mencatat volume hingga nilai sumber daya kayu pada awal dan akhir periode pencatatan, serta perubahannya.
Selama lima tahun terakhir, persentase perbandingan pengurangan dan penambahan kayu berfluktuasi.
Pada 2019, total pengurangan dalam neraca fisik sumber daya kayu Indonesia mencapai 88%. Ini menjadi yang terbesar dalam lima tahun terakhir. Sementara penambahannya hanya 12% pada periode tersebut.
Selanjutnya pada 2020, pengurangan kayu menurun menjadi 73%. Sementara penambahannya meningkat menjadi 27%. Proporsi yang sama terjadi pada 2021.
Progres positif juga ditunjukkan pada 2022, pengurangannya turun menjadi 65%, sedangkan penambahannya naik menjadi 35%. Penambahan kayu pada tahun ini menjadi yang terbesar sejak 2019.
Namun sayangnya pada 2023, total pengurangan kayu meningkat menjadi 85%. Adapun penambahannya turun menjadi 19%.
Data sumber daya kayu ini diolah BPS dari internal, Perum Perhutani, Kementerian LIngkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), hingga Kementerian Keuangan.
(Baca juga: Negara yang Kehilangan Hutan Primer Tropis Tertinggi 2023, Ada Indonesia)