International Business Machines (IBM) menyebutkan total kerugian akibat peretasan data rata-rata mencapai US$ 3,86 juta secara global pada 2020. Meski begitu, sejumlah negara memiliki nilai lebih tinggi, seperti Amerika Serikat (US$ 8,64 juta) dan Timur Tengah (US$ 6,52 juta).
Selain itu, perusahaan-perusahaan di Kanada, Jerman, Jepang, dan Prancis yang datanya diretas mengalami kerugian di kisaran US$ 4 juta. Tak berbeda jauh, Inggris menanggung rugi sebesar US$ 3,9 juta.
(Baca: Pencurian Data Paling Banyak Terjadi di Yahoo)
Meski begitu, beberapa negara mencatatkan total kerugian lebih rendah dibandingkan rata-rata global. Italia dan Korea Selatan di kisaran US$ 3 juta, kemudian kawasan ASEAN dan Skandinavia sekitar US$ 2 juta. Turki, Amerika Latin, dan Brasil hanya merugi US$ 1 juta.