Menurut Katadata Insight Center (KIC), sebagian besar penduduk Indonesia bukan pengguna aktif layanan belanja daring atau e-commerce.
"E-commerce telah berdampak besar dan menarik perhatian dalam satu dekade terakhir. Namun, e-commerce tetap menjadi bagian yang relatif kecil dari ekonomi Indonesia," kata tim KIC dalam Beyond the Digital Frontier, laporan riset hasil kolaborasinya dengan Evermos.
(Baca: Warga yang Belanja Bulanan di E-Commerce Masih Sedikit)
Berdasarkan analisis data dari Survei Literasi Digital Indonesia, proyek tahunan KIC dan Kementerian Kominfo, serta data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), KIC memperkirakan bahwa pada 2022 sebanyak 49,6% penduduk Indonesia adalah non-pengguna e-commerce.
Kelompok non-pengguna itu adalah gabungan dari penduduk Indonesia yang tidak memiliki akses internet, ditambah penduduk yang punya akses internet tapi tidak tahu, tidak menginstal aplikasi, dan tidak menggunakan e-commerce.
KIC juga memperkirakan ada 17% penduduk Indonesia yang termasuk kelompok occasional user, yakni menggunakan e-commerce tapi intensitasnya jarang, hanya sekali dalam beberapa bulan.
Sementara, pada 2022 proporsi penduduk Indonesia yang aktif menggunakan e-commerce diperkirakan hanya 33,4%.
"Jika occasional user ikut dihitung (bersama kelompok non-pengguna), maka sebanyak 66,6% dari penduduk Indonesia sebenarnya pengguna e-commerce non-aktif," kata tim KIC.
"Untuk setiap satu pengguna e-commerce aktif, ada dua orang yang belum menggunakan e-commerce secara aktif," lanjutnya.
(Baca: Warga RI Lebih Suka Belanja Bahan Makanan di Toko Fisik)
Dari analisis tersebut, KIC menilai bahwa saluran penjualan online tak bisa dijadikan satu-satunya tumpuan dalam berbisnis di Indonesia.
Pelaku usaha tetap perlu membangun saluran penjualan tatap muka atau offline, untuk meraih konsumen dari kelompok yang tidak aktif menggunakan e-commerce.
Berdasarkan wawancara dengan sejumlah perusahaan market leaders nasional, KIC juga menemukan bahwa merek-merek yang mampu meraih penjualan lebih dari Rp500 miliar per tahun umumnya memiliki kinerja offline yang lebih unggul dibanding online.
"Hanya fokus pada saluran online berarti mengabaikan lebih dari separuh konsumen Indonesia," kata tim KIC.
"Meskipun saluran online penting untuk pertumbuhan di era digital ini, market leaders adalah mereka yang memiliki akar kuat di saluran offline," lanjutnya.
(Baca: Ini Rentang Pendapatan Usaha E-Commerce di Indonesia pada 2022)