ChatGPT merupakan chatbot berbasis artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang mampu melakukan interaksi berupa percakapan melalui teks.
Sejak awal kemunculannya pada akhir 2022 lalu, ChatGPT sudah banyak diakses oleh pengguna di seluruh dunia. Namun sama seperti aplikasi teknologi lainnya, ChatGPT juga punya resiko kebocoran data.
Sebuah perusahaan intelejen siber asal Singapura Group-IB mengungkapkan, terdapat 101.134 data pengguna ChatGPT yang telah bocor di situs gelap atau dark web dalam satu tahun terakhir.
“Banyak perusahaan mengintegrasikan ChatGPT ke dalam alur operasional mereka. Mengingat konfigurasi standar ChatGPT menyimpan semua percakapan, hal ini secara tidak sengaja dapat memberikan data sensitif kepada peretas,” kata Head of Threat Intelligence Group-IB Dmitry Shestakov dalam rilis persnya, Selasa (20/6/2023).
Dalam periode Juni 2022 hingga Mei 2023, puncak kasus kebocoran data pengguna ChatGPT tertinggi terjadi pada Mei 2023 dengan total kebocoran data sebanyak 26.802 akun.
Dari 101 ribu kasus yang tercatat, negara dengan jumlah kasus kebocoran data terbanyak diduduki oleh India yang mencapai 12,6 ribu akun.
Lalu diikuti oleh Pakistan dan Brasil dengan total kebocoran data pengguna ChatGPT masing-masing sebesar 9,2 ribu akun dan 6,5 ribu akun.
Sementara Indonesia menempati posisi ke-9 dengan 2,5 ribu akun yang mengalami kebocoran data.
Adapun informasi yang dikumpulkan oleh peretas melliputi akun email, detail kartu bank, informasi dompet kripto, riwayat penelusuran, dan berbagai informasi lainnya yang diperoleh dari pengguna yang berasal dari kalangan bisnis.
Group-IB juga mengungkapkan, bahwa sebagian besar log yang berisi akun ChatGPT telah diretas menggunakan Raccoon, Vidar, dan Redline. Ketiganya merupakan malware atau perangkat lunak berbahaya yang digunakan peretas untuk mencuri informasi.
(Baca juga: Deretan Aplikasi AI Paling Banyak Digunakan di Indonesia, ChatGPT Teratas)