Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki unicorn (startup dengan valuasi lebih US$ 1 miliar) terbanyak di kawasan Asia setelah Tiongkok dan India. Dalam laporan TheSoutheastasia yang bertajuk Evolving Southeast Asia di ASEAN terdapat delapan unicorn. Dari jumlah tersebut empat di antaranya berasal dari Indonesia.
Di Negeri Tirai Bambu saat ini terdapat sekitar 90 unicorn dan di India terdapat 10 unicorn. Sementara startup kawasan Asia Tenggara startup yang memiliki valuasi lebih dari US$ 1 miliar ada delapan. Di Korea hanya terdapat tiga unicorn, Jepang, Australia dan Hong Kong masing-masing hanya memiliki satu unicorn. Ide-ide liar dari para pendiri startup telah membidani lahirnya unicorn di kawasan ASEAN. Seperti lahirnya aplikasi layanan transportasi motor dari Go-Jek yang kini telah merambah ke berbagai layanan di masyarakat.
Berdasarkan nilai valuasi, Grab masih memimpin di urutan teratas unicorn dengan kapitalisasi terbesar, yakni mencapai US$ 10 miliar. Kemudian diikuti oleh Go-Jek dengan nilai valuasi US$ 5 miliar. Para pendiri startup Indonesia yang telah naik kelas menjadi unicorn tersebut memiliki cerita unik dan kebanyakan merupakan lulusan dari luar negeri. Yang terpenting, para pendiri tersebut mampu meyakinkan para pengelola dana untuk membiayai perusahaan yang telah mereka rintis dari awal. Dengan populasi dan pengguna internet terbesar di Asia Tenggara, Indonesia merupakan pasar digital yang sangat potensial.