Berdasarkan data Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet), setidaknya ada 299 insiden serangan digital di Indonesia yang terjadi sepanjang kuartal III atau Juli-September 2025.
Menurut SAFEnet, dari seluruh insiden, 129 kasus atau 43,14% dari total insiden terkait dengan kritik dan aksi protes masyarakat terhadap kebijakan pemerintah atau bermotif politik.
Sementara, lonjakan insiden bermotif politik pada Agustus-September 2025 berkontribusi signifikan terhadap peningkatan serangan digital.
“Gelombang protes pada Agustus-September 2025 memicu peningkatan serangan digital, terutama pengancaman sebanyak 67 kasus (22,41%),” tulis SAFEnet dalam laporannya.
SAFEnet menambahkan, pengancaman paling banyak terjadi di WhatsApp dengan 35 kasus, Instagram 16 kasus, dan telepon seluler 7 kasus.
Peretasan menjadi jenis serangan digital terbanyak kedua dengan 33 kasus. Kasus ini marak terjadi di Instagram dengan 13 kasus, WhatsApp 6 kasus, dan Facebook 4 kasus.
“Serangan doxing juga tinggi dengan 30 kasus (10,03%), disusul pemerasan (25 kasus), penyitaan perangkat (21 kasus), dan penyedotan data (18 kasus). Bentuk-bentuk ini menunjukkan pelanggaran langsung terhadap privasi korban,” kata SAFEnet.
Berikut jumlah insiden serangan digital berdasarkan jenis serangan sepanjang kuartal III 2025, menurut data SAFEnet:
- Pengancaman: 67 kasus
- Peretasan: 33 kasus
- Akun ditangguhkan: 32 kasus
- Doxing: 30 kasus
- Pemerasan: 25 kasus
- Penyitaan perangkat: 21 kasus
- Penyedotan data: 18 kasus
- Data bocor: 15 kasus
- Akun tidak bisa diakses: 12 kasus
- Impersonasi: 6 kasus
- Panggilan massal: 6 kasus
- Phishing: 6 kasus
- Trolling : 6 kasus
- Pencurian data pribadi: 5 kasus
- Distributed Denial-of-Service (DDoS): 4 kasus
- Pesan massal: 3 kasus
- Lainnya: 10 kasus.
(Baca: Jawa Barat, Provinsi dengan Kasus "Scam" Terbanyak sampai Oktober 2025)