China memiliki posisi yang sangat kuat di kancah perdagangan internasional.
Menurut data Bank Dunia, pada 2023 China memiliki surplus perdagangan barang dan jasa senilai US$386 miliar, paling besar di antara sekitar 150 negara yang tercatat.
Adapun surplus dagang tersebut berasal dari selisih nilai ekspor yang lebih besar dibanding nilai impornya.
(Baca: Terancam Tarif Trump, Ini Produk yang Diimpor AS dari Indonesia)
Namun, posisi kuat China kini terancam oleh kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Mulai Rabu (9/4/2025), Trump memberlakukan tarif bea masuk 104% untuk produk impor asal China. Tarif tinggi ini akan membuat produk China sangat sulit bersaing di pasar AS.
Merespons kebijakan tersebut, menurut pemberitaan Reuters, China akan melancarkan "serangan balasan" dengan menerapkan tarif 84% untuk produk impor asal AS mulai Kamis (10/4/2025).
"AS dan China terjebak dalam permainan yang mahal dan belum pernah terjadi sebelumnya, dan tampaknya kedua belah pihak tidak mau mundur," kata Ting Lu, ekonom dari perusahaan jasa keuangan global Nomura, disiarkan Reuters, Rabu (9/4/2025).
(Baca: Indonesia Lebih Banyak Ekspor ke AS Ketimbang Impor)