Data Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet) mengungkap, total insiden serangan digital di Indonesia sebanyak 330 kasus pada 2024. Dari jumlah itu, terhitung reratanya sebanyak 27,5 insiden per bulan.
Berdasarkan jenisnya, terbanyak berasal dari peretasan yang sebesar 86 insiden. Angka ini naik cukup signifikan dari 2023 yang terhitung 68 insiden.
>
Lalu ada serangan hingga membuat akun tak bisa diakses, sebanyak 52 insiden. Melonjak dari 2023 yang hanya 20 insiden.
Kemudian ada pengancaman mencapai 44 insiden pada 2024, naik dari sebelumnya sebanyak 12.
"Ini mencerminkan ancaman langsung yang lebih sering terhadap individu atau kelompok," tulis SAFEnet dikutip pada Minggu (16/3/2025).
Selanjutnya ada kebocoran data, sebanyak 37 insiden. Turun drastis dari 2023 yang sebanyak 77 insiden.
Lalu ada phising atau penipuan online (25) pada 2024. Phising sempat menduduki urutan pertama pada 2023 dengan jumlah hingga 103 insiden.
SAFEnet menuturkan, penurunan insiden phising berkaitan dengan berkurangnya penyebaran dan korban android package kit (APK) dan dapat dianggap bahwa sebab mulai adanya kesadaran serta langkah mitigasi yang lebih baik.
"Walaupun masih tetap ada yang menjadi korban dengan kerugian mencapai Rp75 juta dengan APK lebih canggih dari yang beredar sebelumnya," tulis SAFEnet.
Berikut daftar lengkap jenis insiden serangan digital yang dihimpun SAFEnet pada 2024:
- Peretasan: 86 insiden
- Akun tak bisa diakses: 52 insiden
- Pengancaman: 44 insiden
- Kebocoran data: 37 insiden
- Phising: 25 insiden
- Doksing: 24 insiden
- Akun ditangguhkan: 15 insiden
- Pencurian data pribadi: 14 insiden
- Impersonasi: 13 insiden
- Pemerasan/penyadapan: 10 insiden
- Ransomware: 9 insiden
- Serangan DDoS: 2 insiden
- Zoom bombing: 1 insiden
- Deface: 1 insiden
- Lainnya: 19 insiden.
(Baca juga: Waspada Modus Pelaku Kekerasan Berbasis Gender Online)