Batik Indonesia memiliki reputasi yang mendunia. Reputasi ini kian tegas sejak 2009, yakni sejak UNESCO menetapkan batik sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity atau Warisan Budaya Tak Benda.
UNESCO memandang batik punya banyak peran dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Bukan hanya sebagai pakaian sehari-hari, tapi juga sebagai busana dalam acara dan ritual-ritual penting.
"Bayi digendong dengan kain batik yang dihiasi simbol untuk membawa keberuntungan bagi anak, dan orang mati diselimuti batik pemakaman. Batik biasa digunakan di lingkungan bisnis, akademis, serta dipakai dalam upacara pernikahan, perayaan kehamilan, dan pertunjukan kesenian," jelas UNESCO dalam situs resminya.
UNESCO juga menilai batik merupakan karya budaya yang merekam sejarah interaksi antara masyarakat Nusantara dengan bangsa-bangsa lain.
"Keragaman pola kain batik mencerminkan berbagai pengaruh, mulai dari kaligrafi Arab, karangan bunga Eropa, burung phoenix Cina, burung merak India atau Persia, hingga bunga sakura Jepang," papar UNESCO.
Dengan reputasi yang mendunia ini kain batik Indonesia cukup banyak diminati di pasar luar negeri. Bahkan Prancis, negara yang ibu kotanya dijuluki sebagai pusat mode dunia, rutin membeli batik Indonesia setiap tahunnya.
Menurut data Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Kementerian Perindustrian, pada 2010 Indonesia mengekspor batik ke Prancis seberat 266 ton dengan nilai total sekitar US$6,53 juta.
Namun, di tahun-tahun berikutnya ekspor batik ke Prancis trennya menurun, bahkan anjlok drastis sejak pandemi melanda seperti terlihat pada grafik.
Adapun menurut data BBKB Kementerian Perindustrian, pada 2021 Indonesia paling banyak mengekspor batik ke Amerika Serikat, yakni sekitar 1.211 ton dengan nilai mencapai US$24,7 juta.
(Baca: Inilah Sebaran Perusahaan Batik di Indonesia, Jawa Mendominasi)