Menurut lembaga analisis media sosial Drone Emprit, aplikasi Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) Komisi Pemilihan Umum (KPU) mendapat banyak sentimen negatif dari warganet di X atau Twitter.
Drone Emprit menemukan, selama periode 14-15 Februari 2024 ada sekitar 105 ribu percakapan terkait Sirekap di Twitter, dan 85% di antaranya berkonotasi negatif.
Sentimen negatif ini merupakan imbas dari adanya ketidaksesuaian data antara formulir C1 di banyak TPS dengan hasil yang tertera di laman Sirekap.
Warganet pun ramai melayangkan protes dan cuitan dengan kata kunci "Sirekap" sejak hari-H pencoblosan.
"Percakapan tentang Sirekap mulai naik drastis sekali pada malam hari pasca pencoblosan 14 Februari 2024. Saat data sudah siap untuk di-upload ke KPU menggunakan Sirekap, sentimen negatif langsung tinggi,” tulis pendiri Drone Emprit Ismail Fahmi di unggahan Twitter pribadinya, Jumat (16/2/2024).
Drone Emprit juga merekam opini negatif terhadap Sirekap yang dilontarkan warga Twitter, seperti adanya indikasi kecurangan sistem, kekurangan aplikasi, data yang tidak transparan, hingga kritik kepada KPU.
"Kelemahan pada Sirekap telah menimbulkan kehebohan dan menurunkan kepercayaan kepada Sirekap atau KPU," kata Ismail.
Sementara, hanya ada 7% cuitan terkait Sirekap yang sentimennya positif, dan 9% netral.
Adapun Ketua Bawaslu Rahmat Bagja mengatakan, Sirekap KPU bukanlah penentu hasil Pemilu 2024. Ia pun meminta publik untuk tidak terpaku pada hasil yang ditampilkan aplikasi tersebut.
"Penentunya tetap menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu adalah manual rekapitulasi. Jadi bukan Sirekap, ini hanya alat bantu," kata Bagja, dilansir dari Katadata, Jumat (16/2/2024).
Bagja juga menyebut aplikasi Sirekap masih baru, sehingga sistemnya mungkin memiliki kekeliruan.
(Baca: Drone Emprit: Kampanye Akbar JIS-Anies Ungguli GBK-Prabowo di Twitter)