Hasil jajak pendapat Yayasan Pelopor Pilihan Tujuhbelas (PP17) dalam Kawula17 menunjukkan, terdapat sejumlah isu kebebasan sipil dan hak politik yang diketahui anak muda Indonesia pada pertengahan 2025.
Isu pelanggaran hak asasi manusia (HAM) masa lalu atau tergolong berat merupakan topik yang paling banyak diketahui, dengan proporsi 48%. Tim riset menyebut, posisi ini tidak berbeda dari semester sebelumnya. Namun, pengetahuan ini tidak merata di semua kelompok.
"Orang muda berusia 26–30 tahun (44%) justru signifikan lebih rendah tingkat pengetahuannya terkait isu tersebut," tulis tim riset dalam laporan National Benchmark Survey, pada 21 Agustus 2025.
Selanjutnya RUU yang memperkuat kewenangan aparat, dipilih 44%. Lalu ancaman hak digital sebesar 40%. Sama seperti pelanggaran HAM, informasi terkait dua isu ini tidak merata di semua kelompok.
UU yang memperkuat aparat di antaranya UU TNI yang baru disahkan, RUU Polri, hingga Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RKUHAP).
Kekerasan seksual 1998 juga melekat di ingatan anak muda Indonesia dengan proporsi 39%. Disusul pembatasan kebebasan berpendapat serta berekspresi dan kriminalisasi mahasiswa, masing-masing 36% dan 35%.
Adapun isu lainnya diketahui kurang dari 30% responden. Isu kebebasan sipil dan hak politik itu di antaranya tindakan represif polisi, intimidasi jurnalis, pembatasan kebebasan beragama dan beribadah, penulisan ulang sejarah, dan lainnya.
Menurut tim riset, perbedaan pandangan politik juga membentuk variasi pengetahuan orang muda.
"Mereka yang tergolong sangat progresif mengetahui lebih banyak isu kebebasan sipil dan hak politik dibandingkan orang muda yang tergolong konservatif," tulis tim Kawula17.
Hal ini, sambung tim riset, dapat menunjukkan bahwa keterpaparan isu HAM dipengaruhi oleh pandangan politik yang membentuk tingkat kesadaran orang muda.
Survei ini melibatkan 1.342 responden berusia 17-35 tahun yang tersebar di Pulau Jawa (60%), Sumatera (19%), Sulawesi (8%), Kalimantan (6%), Nusa Tenggara (6%), dan lainnya (2%). Adapun komposisi jenis kelaminnya, 49% perempuan dan 51% laki-laki.
Mayoritas responden merupakan pekerja swasta dan ASN (37%), lalu ibu rumah tangga (16%), pelajar (11%), fresh graduate (9%), dan lainnya (26%).
Survei diselenggarakan pada 10-17 Juli 2025 dengan metode computer-assisted self interviewing (CASI) atau survei online.
(Baca: Kasus Korupsi Paling Memantik Amarah Anak Muda Indonesia)