Harga batu bara acuan (HBA) Indonesia berada di level US$281,48/ton pada Desember 2022. Harga tersebut turun hingga 8,67% lebih rendah dibanding HBA November 2022.
Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), penurunan harga ini dipengaruhi kebijakan India dan Tiongkok.
"Penurunan ini salah satunya disebabkan oleh rencana India untuk menurunkan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi dalam siaran persnya, Kamis (1/12/2022).
"Selain itu, kebijakan Tiongkok dalam pengendalian Covid-19, yakni Zero Covid, berdampak terhadap penurunan permintaan batu bara akibat penurunan permintaan listrik karena pembatasan aktivitas pabrik," lanjutnya.
(Baca: Sumbang Pemanasan Global, Ini Negara G20 dengan PLTU Terbesar)
Sebelumnya, Bank Dunia sempat memproyeksikan bahwa harga komoditas energi fosil, termasuk batu bara, akan terus melemah sampai 2024 seiring dengan melambatnya ekonomi global.
"Setelah melonjak 60% pada tahun 2022, harga energi diproyeksikan turun 11% pada 2023 dan turun lagi 12% pada 2024," kata Bank Dunia dalam laporan Commodity Markets Outlook edisi Oktober 2022.
"Prospek ini terutama didorong pertumbuhan ekonomi global yang melambat, permintaan gas alam yang melemah karena rumah tangga dan industri mengurangi konsumsi, serta respons suplai terutama batu bara," lanjutnya.
Kendati melemah, harga batu bara dua tahun ke depan diprediksi tetap lebih tinggi setidaknya 50% di atas rata-rata masa pra-pandemi.
"Harga energi tinggi akan terus berlanjut dan berdampak pada inflasi, seperti tingginya biaya transportasi dan tarif listrik untuk bisnis," kata Bank Dunia.
(Baca: Pertumbuhan PLTU Batu Bara Indonesia Tertinggi di G20)