Raksasa pengolah logam asal China, Tsingshan Group, menanam modal hingga US$6 miliar di kawasan industri Morowali, Sulawesi Tengah.
Bujet sebesar itu tak ditanamnya sendirian. Menurut laman Kementerian Perindustrian pada 2018, Tsingshan Group menggandeng Bintang Delapan Group dalam permodalan tersebut.
Investasi Tsingshan di kawasan industri Morowali untuk menghasilkan stainless steel hingga 3 juta ton. Selain itu, terdapat target produksi 2 juta ton nickel pig iron (NPI) dan 3,5 juta ton carbon steel per tahun.
Produksi stainless steel 3 juta ton tersebut bakal digarap PT Indonesia Guang Ching Nickel and Stainless Steel Industry (GCNS) 1 juta ton; PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) 1 juta ton; dan PT Sulawesi Mining Investment (SMI) produksi 1 juta ton. Ketiganya merupakan bagian dari Tsingshan Group.
Tsingshan merupakan pemain besar dalam industri pengolahan logam. Kementerian Perindustrian juga menyebut dari projek besar, Indonesia bisa menjadi salah satu produsen stainless steel yang diperhitungkan di pasar global.
"Bahkan, produk baja nirkarat Indonesia yang diekspor ke China dinilai menjadi salah satu saingan utama produk dalam negeri Negeri Tirai Bambu tersebut," tulis Kementerian Perindustrian dalam lamannya.
Sebelumnya, PT ITSS, bagian dari Tsingshan Group, disorot setelah tungku smelter nikel miliknya meledak sehingga menyebabkan 19 pekerja meninggal dunia dan puluhan lainnya luka-luka.
Ledakan itu terjadi di kawasan industri PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, pada Minggu (24/12/2023) sekitar pukul 06.15 WITA.
PT ITSS merupakan perusahaan pengolahan mineral logam dan produksi stainless steel yang terdaftar legal. Mereka mengantongi izin beroperasi dari 2019 hingga 2049. Kantor pusat perusahaan ini berada di Gedung Wisma Mulia, Jakarta Selatan.
(Baca juga: PT ITSS Penanggung Ledakan Smelter Nikel, Mayoritas Sahamnya Dimiliki China)