Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai impor kedelai Indonesia pada 2022 mencapai US1,62 miliar. Angka ini naik 9,45% dari tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) yang sebesar US$1,48 miliar.
Meski nilainya naik, namun volume impor kedelai Indonesia justru menurun pada 2022 yaitu sebanyak 2,32 juta ton. Volume ini turun 6,45% dari 2021 yang sebanyak 2,48 juta ton.
Berdasarkan negaranya, Amerika Serikat (AS) merupakan negara pemasok kedelai impor ke Indonesia pada 2022. Tercatat, nilai impor kedelai dari AS sebesar US$1,36 miliar atau setara 83,95% dari total nilai impor kedelai Indonesia pada 2022.
Posisinya diikuti oleh Kanada, Argentina, Brasil, dan Malaysia dengan nilai impor kedelai Indonesia masing-masing US$186,66 juta, US$42,98 juta, US$26,76 juta, dan US$2,73 juta.
Begitu pula dengan volume impornya, Negeri Paman Sam memiliki volume impor kedelai ke Indonesia terbesar pada 2022 yaitu sebanyak 1,92 juta ton. Lalu, disusul oleh Kanada, Argentina, Brasil, dan Malaysia masing-masing 287,99 ribu ton, 60,82 ribu ton, 41,73 ribu ton, dan 5,2 ribu ton.
Secara tren, nilai dan volume impor kedelai Indonesia cenderung fluktuatif dalam enam tahun terakhir.
Adapun teranyar, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan, pihaknya sedang menjajaki dengan beberapa negara untuk rencana impor kedelai. Di sisi lain, saat ini tengah dilakukan penghitungan kebutuhan kedelai yang diperlukan bagi para perajin tahu dan tempe.
Hal tersebut, menurut Buwas, penting agar tak terjadi impor yang berlebihan sehingga berpotensi mengganggu kepentingan lainnya."Negara mana kita jajaki semuanya, tapi paling penting standar harga yang sesuai dengan perajin," ujar Buwas, dikutip dari Kontan.co.id, Selasa (13/6/2023).
Adapun menurut dia, negara yang sudah dijajaki untuk rencana impor kedelai di antaranya Afrika, Thailand, Argentina dan beberapa negara lainnya.
Meskipun dari segi kualitas sudah sesuai dengan standar yang dibutuhkan pengrajin Tanah Air, namun Buwas mengatakan, saat ini masih dilakukan negosiasi terkait harga.
"Kualitas sudah kami cek, sama bisa. Cuman yang belum kan harga, karena jangan sampai harga ini kepada perajin keberatan begitu. Kami maunya perajin bisa produksi dengan harga murah," kata dia.
(Baca: 20 Negara Penghasil Kedelai Terbesar Dunia, Indonesia di Urutan Bawah)