Neraca perdagangan Indonesia dengan Tiongkok terus mengalami defisit sejak 2008. Meningkatnya permintaan masyarakat terhadap impor produk dari Negeri Tirai Bambu yang lebih kencang dari ekspor Indonesia ke Tiongkok, membuat defisit Indonesia dengan mitra dagang terbesarnya tersebut kian melebar seperti terlihat pada grafik.
Nilai impor Indonesia dari Tiongkok pada 2008 meningkat 78% menjadi US$ 15,29 miliar sedangkan ekspornya hanya tumbuh 20% menjadi US$ 11,64 miliar. Alhasil, Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan US$ 3,61 miliar. Defisit tersebut semakin melebar hingga 2018.
(Baca: Indonesia Selalu Defisit Berdagang dengan Tiongkok Sejak 2008)
Pada tahun lalu, nilai impor Indonesia dari Tiongkok mencapai US$ 45,54 miliar, sementara nilai ekspor nasional ke Negeri Tirai Bambu hanya sebesar US$ 27,17 miliar. Artinya, Indonesia kembali defisit sebesar US$ 18,41 miliar atau setara Rp 257 triliun. Kemudian, periode Januari-Agustus 2019, nilai impor Indonesia dari Tiongkok sebesar US$ 28,68 miliar sementara ekspor nasional ke Negeri Tirai Bambu hanya US$ 17,24 miliar. Dalam sembilan bulan pertama tahun ini Indonesia kembali defisit US$ 11,44 miliar dalam bermitra dagang dengan Tiongkok.
(Baca: Tiongkok Menjadi Mitra Dagang Terbesar Bagi Indonesia Sejak 2013)