Menurut survei Center of Economic and Law Studies (Celios), 30,05% responden warga Indonesia menilai program makan bergizi gratis (MBG) di wilayahnya telah melibatkan UMKM lokal dengan sangat dominan sebagai penyedia bahan.
Lalu 28,84% responden menyatakan ada sebagian bahan MBG yang berasal dari UMKM lokal, dan sebagian lainnya dipasok dari luar daerah.
Di sisi lain, ada 13,61% responden yang menilai pemasok MBG di wilayah mereka sama sekali tidak melibatkan UMKM lokal, dan seluruh bahannya berasal dari perusahaan besar di luar daerah.
Ada pula 27,49% responden yang tidak mengetahui sejauh mana keterlibatan UMKM lokal dalam pelaksanaan MBG di wilayahnya.
"Ini menandakan kurangnya transparansi atau sosialisasi terkait siapa saja pelaku ekonomi yang terlibat dalam program MBG," kata Celios dalam laporan bertajuk Makan (Tidak) Bergizi (Tidak) Gratis.
Survei ini juga menemukan, mayoritas atau 48,25% responden tidak mengetahui pihak penyedia katering di sekolah.
Kemudian 35,58% tahu sebagian, dan hanya 16,17% yang tahu pasti tentang penyedia katering atau pemasok makanan di sekolah.
"Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat mencerminkan potensi asimetris informasi yang dapat menghambat efektivitas MBG dalam menggerakan partisipasi komunitas," kata Celios.
Celios melakukan survei ini terhadap 1.868 responden yang tersebar di wilayah perdesaan, pinggiran kota, dan perkotaan, sehingga diasumsikan merepresentasikan demografi penduduk Indonesia.
Pengumpulan data dilakukan secara online melalui iklan tertarget di Facebook dan Instagram. Celios tidak merinci kapan survei ini dilakukan, namun laporannya dipublikasikan pada 15 Desember 2025.
(Baca: Survei: 35,9% Remaja RI Penerima MBG Pernah Dapat Makanan Basi)