Menurut Kajian Suara Anak: Mengedepankan Perspektif Anak dalam Program Makan Bergizi Gratis, ada 35,9% atau 583 responden remaja penerima MBG yang pernah mendapatkan makanan rusak, basi, atau mentah.
Sementara sisanya, yakni 64,1%, mengatakan tidak pernah mendapatkan makanan MBG dalam kondisi rusak, basi, atau mentah.
Kajian tersebut dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Wahana Visi Indonesia, dan Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI).
Ada dua pendekatan yang dilakukan, yaitu mendengarkan suara anak (LtC) dalam bentuk survei dan penelitian dipimpin oleh anak (CLR) dalam bentuk focus group discussion (FGD).
Menurut tiga organisasi ini, temuan survei menunjukkan adanya kelalaian dalam MBG yang berpotensi menjadi bentuk baru kekerasan terhadap anak.
“Sebanyak 11 dari 583 responden tersebut menyebutkan tetap mengonsumsi MBG yang rusak/basi/mentah karena bersyukur dan tidak ingin mubazir,” demikian dikutip dari laporan kajian.
Dalam laporannya, dijelaskan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sudah mengumumkan setidaknya ada 11.660 kasus keracunan makanan karena MBG sepanjang 6 Januari-6 Oktober 2025.
Selain makanan rusak, basi, atau mentah dan kasus keracunan, proses FGD oleh peneliti anak menemukan satu kasus anekdotal.
Kasus tersebut ialah saat ada kejadian ancaman oleh kepala dapur terhadap anak yang merekam dan melaporkan makanan tidak layak.
“Beberapa kasus seperti ini tertangkap dalam pemantauan media, yang mana pada akhirnya, anak yang didorong untuk meminta maaf karena sudah memviralkan temuannya di sosial media,” tulis tim riset.
Survei dilakukan secara daring pada 11 Juli-1 Agustus 2025, melibatkan 1.624 responden berusia 12-17 tahun dari 12 provinsi di Indonesia, dan menggunakan metode convenience sampling.
Kriteria lain responden adalah menerima program MBG lebih dari sekali. Lantaran usia responden 12-17 tahun, maka survei tidak mewakili MBG untuk balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan situasi MBG di sekolah dasar atau setara.
(Baca: Realisasi Anggaran MBG Baru Terserap 61,23% hingga Awal November 2025)