United States Department of Agriculture (USDA) mencatat, nilai impor produk konsumen sektor pertanian Indonesia dari sejumlah negara di dunia mencapai US$8,57 miliar pada 2024.
Dari nilai tersebut, kontribusi tertinggi berasal dari produk susu yang diimpor senilai US$1,8 miliar pada 2024. Kendati tertinggi, nilai impor tersebut sudah turun 7,03% (year-on-year/yoy) dari 2023 yang sebesar US$1,94 miliar.
Kedua adalah buah-buahan segar, sebesar US$1,5 miliar pada 2024. Nilai impor ini naik 15,21% (yoy) dari 2023 yang sebesar US$1,3 miliar.
Ketiga, sayuran segar, sebesar US$902,6 juta pada 2024. Naik 9,59% (yoy) dari 2023 yang senilai US$823,6 juta.
Produk dengan nilai impor terendah dalam daftar ini adalah wine dan barang berelasinya, yakni US$13,75 juta. Sementara produk konsumen pertanian lainnya terhimpun sebesar US$330,18 juta.
USDA menyebut, impor produk pertanian Indonesia meningkat sebesar 47% secara nilai sejak 2019, dengan laju pertumbuhan tahunan rata-rata (CAGR) sebesar 8%.
"Produk pertanian impor mengalami lonjakan signifikan antara 2019 hingga 2024, saat gula tebu mencatat CAGR sebesar 17% dan beras melonjak tajam dengan CAGR 258%," tulis USDA, dikutip pada Selasa (22/7/2025).
(Baca: 10 Pemimpin Pasar Makanan Kemasan di Indonesia pada 2024)
USDA juga membeberkan, Amerika Serikat (AS) menjadi pemasok produk pertanian terbesar keempat bagi Indonesia, dengan pangsa pasar sebesar 10%. Khusus produk konsumen pertanian, nilai impor dari AS sebesar US$536,15 juta pada 2024, setara 6% dari total.
Dua produk utama ekspor pertanian AS ke Indonesia adalah kedelai dan produk susu, yang menyumbang 50% dari total pengiriman.
Sementara pemasok produk pertanian pertama ke Indonesia dipegang Brasil sejak 2023. Kata USDA, posisi itu menggeser kedudukan Australia, terutama karena lonjakan besar ekspor gula tebu Brasil ke Indonesia.
Berikut rincian nilai produk konsumen sektor pertanian yang diimpor Indonesia dari negara-negara di dunia pada 2024:
- Produk susu: US$1.805.998.000
- Buah segar: US$1.508.781.000
- Sayuran segar: US$902.603.000
- Daging sapi & olahannya: US$806.489.000
- Sup dan olahan lainnya: US$698.674.000
- Sayuran olahan: US$457.125.000
- Cokelat dan produk kakao: US$360.809.000
- Roti, sereal, dan pasta: US$274.125.000
- Produk tembakau: US$269.022.000
- Kopi, sangrai dan ekstraknya: US$218.554.000
- Buah olahan: US$206.830.000
- Makanan anjing dan kucing: US$172.142.000
- Bumbu dan saus: US$134.352.000
- Permen karet dan permen: US$130.901.000
- Minuman non-alkohol (kecuali teh, jus, dan kopi) : US$113.419.000
- Kacang pohon (tree nuts): US$76.437.000
- Jus buah dan sayur: US$31.307.000
- Daging babi dan olahannya: US$30.400.000
- Produk daging lainnya (nesoi): US$25.910.000
- Anggur/wine dan produk terkait: US$13.754.000
- Lainnya: US$330.187.000
(Baca: Gambaran Kanal Penjualan Produk FMCG Indonesia pada Awal 2025)