Korea Selatan tengah diguncang panic buying garam atau membeli barang tersebut secara berlebihan. Tak hanya memborongnya, warga Korea Selatan juga menimbun garam laut tersebut.
Melansir CNN Indonesia, langkah itu diambil warga Korea Selatan guna mengantisipasi tindakan Jepang yang akan membuang air limbah radioaktif dari pembangkit listrik Fukushima ke laut.
Jepang disebut akan melepaskan lebih dari satu juta metrik ton air ke Pasifik, yang digunakan untuk mendinginkan reaktor yang rusak, akibat gempa dan tsunami 2011 lalu, di pembangkit listrik di utara Tokyo.
Satu sisi, Jepang memastikan kadar limbah itu jauh lebih aman. Namun, pengumuman ini tetap membuat para nelayan khawatir bahkan ditentang hampir seluruh warga Korea Selatan.
Mereka khawatir garam dan makanan laut bakal tercemar, sehingga mereka mengambil langkah untuk menimbunnya terlebih dahulu.
Panic buying menyebabkan kenaikan harga garam di Korea Selatan hingga 27% pada Juni 2023. Namun pejabat setempat juga berdalih bahwa faktor cuaca dan rendahnya produksi turut mengerek tingginya harga garam.
Pemerintah Korea Selatan juga memutuskan untuk melepaskan sekira 50 metrik ton garam per hari dari stok, dengan diskon 20% dari harga pasar hingga 11 Juli 2023.
Di samping fenomena tersebut, sebenarnya siapa produsen garam terbesar di dunia?
Dari data Statista, Tiongkok menjadi raja garam laut dengan estimasi volume produksi sebesar 64 juta metrik ton (mt) pada 2022. Torehan ini stabil dari 2021.
Kedua adalah India, yang bisa memproduksi sekira 45 juta mt garam pada 2022. Angka itu naik dari capaian 2021 yang sebesar 42 juta mt.
Ketiga, Amerika Serikat, yang diestimasikan memproduksi 42 juta mt garam. Statista memberi catatan, jumlah tersebut tidak termasuk produksi dari Puerto Rico.
Dengan jarak yang cukup jauh di posisi keempat, ada Jerman, yang diestimasikan memproduksi garam sebanyak 15 juta mt. Kelima adalah Australia, yang diprediksikan memproduksi garam sebesar 13 juta mt pada 2022. Sisanya, terlampir pada grafik.
Statista membeberkan salah satu kegunaan garam dari volume produksi jumbo negara-negara tersebut.
"Penggunaan terbesar garam adalah sebagai bahan baku untuk produksi bahan kimia industri," tulis Statista dalam lamannya.
(Baca juga: Ini Alasan Indonesia Masih Impor Garam dalam Jumlah Besar Setiap Tahun)