Pengeluaran untuk perawatan kulit di Kabupaten Lombok Tengah menunjukkan perkembangan yang fluktuatif dalam beberapa tahun terakhir. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada 2024, pengeluaran untuk perawatan kulit mencapai Rp34.180 per kapita per bulan.
Angka ini mengalami penurunan sebesar 6.9% dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun demikian, pengeluaran ini tetap menjadi bagian dari alokasi dana masyarakat untuk berbagai kebutuhan. Jika dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk aneka barang dan jasa yaitu Rp131.039, pengeluaran untuk perawatan kulit masih relatif kecil. Pengeluaran untuk perawatan kulit juga lebih rendah dibandingkan pengeluaran untuk makanan jadi yang mencapai Rp193.192 per kapita per bulan.
(Baca: Rata-Rata Pengeluaran Perkapita Sebulan di Papua Pegunungan 2024 - 2024)
Secara historis, pengeluaran untuk perawatan kulit di Kabupaten Lombok Tengah mengalami kenaikan signifikan antara 2018 dan 2021. Dari Rp23.700 pada 2018, meningkat menjadi Rp38.447 pada 2021. Namun, setelah tahun tersebut, terjadi sedikit penurunan pada 2022 dan 2023, hingga akhirnya mencapai Rp34.180 pada 2024.
Dari segi peringkat, Kabupaten Lombok Tengah berada di urutan ke-7 untuk pengeluaran perawatan kulit di antara kabupaten/kota se-Nusa Tenggara Barat dan menempati peringkat ke-462 secara nasional. Peringkat ini menunjukkan bahwa minat masyarakat terhadap perawatan kulit masih perlu ditingkatkan dibandingkan dengan wilayah lain. Total pengeluaran per kapita sebulan di Kabupaten Lombok Tengah untuk makanan dan bukan makanan tercatat sebesar Rp1.111.809 pada 2024. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 4.8% dibandingkan tahun sebelumnya.
Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Nusa Tenggara Barat, Kota Mataram mencatat pengeluaran tertinggi untuk perawatan kulit pada 2024, yaitu Rp86.379, dengan pertumbuhan 3.1%. Kabupaten Sumbawa Barat berada di urutan kedua dengan Rp70.637, pertumbuhan 8.5%. Sementara itu, Kabupaten Lombok Timur mencatat pengeluaran terendah, yaitu Rp30.367, dengan penurunan 27.1%.
(Baca: Pengeluaran Perkapita Sebulan untuk Aneka Barang dan Jasa Kab. Deli Serdang | 2024)
Berdasarkan data historis rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan, Kota Mataram menduduki peringkat pertama dengan nilai Rp985.712 pada 2024, menunjukkan pertumbuhan sebesar 16.8% dibandingkan tahun sebelumnya. Kabupaten Lombok Tengah berada di peringkat ke-6 dengan nilai Rp463.817, mencatatkan pertumbuhan signifikan sebesar 23.6%. Data ini diolah dari data Susenas.
Kota Mataram
Kota Mataram mencatat pengeluaran tertinggi untuk rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan, yaitu Rp985.712. Angka ini memperlihatkan bahwa konsumsi masyarakat Kota Mataram terhadap barang dan jasa non-primer sangat tinggi jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Nusa Tenggara Barat. Pertumbuhan yang signifikan sebesar 16.8% menunjukkan adanya peningkatan kesejahteraan dan kemampuan ekonomi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sekunder.
Kabupaten Sumbawa Barat
Kabupaten Sumbawa Barat berada di urutan kedua dengan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan sebesar Rp859.991. Pertumbuhan sebesar 23.3% menjadi yang tertinggi kedua setelah Kabupaten Lombok Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa Sumbawa Barat mengalami peningkatan kesejahteraan, dengan masyarakat yang semakin mampu membelanjakan uangnya untuk kebutuhan di luar makanan.
Kota Bima
Kota Bima mencatatkan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan sebesar Rp764.758. Meskipun menduduki peringkat ketiga, pertumbuhan Kota Bima hanya 4.9%, jauh lebih rendah dibandingkan dengan Kota Mataram dan Kabupaten Sumbawa Barat. Data ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan di Kota Bima tidak sepesat wilayah lainnya di provinsi yang sama.
Kabupaten Sumbawa
Kabupaten Sumbawa menunjukkan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan sebesar Rp635.543. Pertumbuhan sebesar 15.3% cukup signifikan, menunjukkan adanya peningkatan kesejahteraan. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya, Kabupaten Sumbawa masih berada di bawah rata-rata dalam hal pengeluaran bukan makanan.