Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, besar pengeluaran untuk rokok dan tembakau di Kabupaten Lampung Selatan pada 2024 mencapai Rp138.382 per kapita per bulan.
Angka ini mengalami pertumbuhan sebesar 3.2 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini menunjukkan adanya peningkatan pengeluaran untuk rokok dan tembakau di kalangan masyarakat Kabupaten Lampung Selatan, meskipun tidak signifikan. Secara historis, pengeluaran untuk rokok dan tembakau di Kabupaten Lampung Selatan cenderung fluktuatif dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2019, terjadi pertumbuhan tertinggi sebesar 17.5 persen, namun sempat mengalami penurunan turun 1.6 persen pada 2020.
(Baca: Rata-Rata Pengeluaran Perkapita Sebulan di Banten 2015 - 2024)
Pengeluaran untuk rokok dan tembakau ini merupakan bagian dari pengeluaran masyarakat untuk aneka barang dan jasa. Jika dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk aneka barang dan jasa sebesar Rp186.384, maka pengeluaran untuk rokok dan tembakau mencapai sekitar 74.2 persen. Angka ini menunjukkan bahwa rokok dan tembakau memiliki kontribusi yang cukup besar dalam pengeluaran masyarakat Kabupaten Lampung Selatan.
(Baca: PDB Paritas Data Beli (PPP) Yaman 2015 - 2024)
Secara peringkat, besar pengeluaran untuk rokok dan tembakau di Kabupaten Lampung Selatan berada di urutan ke-4 di antara kabupaten/kota se-Provinsi Lampung, dan urutan ke-208 secara nasional. Peringkat ini menunjukkan bahwa konsumsi rokok dan tembakau di Kabupaten Lampung Selatan cukup tinggi dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia.
Di Provinsi Lampung, Kabupaten Pesisir Barat mencatatkan nilai pengeluaran tertinggi untuk rokok dan tembakau pada 2024, yakni sebesar Rp172.692 dengan pertumbuhan 32.9 persen. Kabupaten Lampung Barat berada di urutan kedua dengan nilai Rp140.886 dan pertumbuhan 25.7 persen. Sementara itu, Kabupaten Tulang Bawang Barat mencatatkan nilai Rp139.903 dengan pertumbuhan negatif turun 2.7 persen. Kabupaten Mesuji memiliki nilai pengeluaran Rp132.755 dengan pertumbuhan 1.6 persen, dan Kabupaten Pesawaran mencatatkan nilai Rp132.084 dengan pertumbuhan 17.5 persen.
Kota Bandar Lampung
Berdasarkan data BPS, Kota Bandar Lampung mencatatkan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan dan bukan makanan sebesar Rp1.776.286 pada tahun 2024. Angka ini mengalami penurunan turun 22.3 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan, Kota Bandar Lampung mencatatkan angka Rp975.428, dengan pertumbuhan 6.3 persen dibandingkan tahun sebelumnya, serta menduduki peringkat pertama se-Provinsi Lampung. Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan di kota ini adalah Rp800.857, dengan pertumbuhan 3.5 persen.
Kota Metro
Kota Metro menunjukkan perkembangan yang stabil dalam pengeluaran per kapita. Pada tahun 2024, rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan dan bukan makanan mencapai Rp1.636.983, tumbuh 1.8 persen dari tahun sebelumnya dan menduduki peringkat kedua di Provinsi Lampung. Pengeluaran untuk bukan makanan tercatat sebesar Rp852.148, mengalami pertumbuhan 0.8 persen. Sementara itu, pengeluaran untuk makanan mencapai Rp784.835, tumbuh signifikan sebesar 15.2 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Kabupaten Pesisir Barat
Kabupaten Pesisir Barat mencatatkan pertumbuhan tertinggi dalam pengeluaran untuk makanan. Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan mencapai Rp822.116 pada tahun 2024, meningkat sebesar 51.2 persen dibandingkan tahun sebelumnya, serta menduduki peringkat pertama se-Provinsi Lampung. Untuk pengeluaran makanan dan bukan makanan, totalnya mencapai Rp1.436.836, naik 12.8 persen dibandingkan tahun sebelumnya dan menduduki peringkat ketiga di Provinsi Lampung. Sementara itu, pengeluaran untuk bukan makanan mencapai Rp614.720, tumbuh 46.2 persen.
Kabupaten Mesuji
Kabupaten Mesuji menunjukkan penurunan dalam pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan. Pada tahun 2024, rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan dan bukan makanan adalah Rp1.182.985, turun 5.4 persen dibandingkan tahun sebelumnya dan menduduki peringkat keenam di Provinsi Lampung. Pengeluaran untuk bukan makanan mencapai Rp551.555, tumbuh 6.5 persen. Sementara itu, pengeluaran untuk makanan mencapai Rp631.430, tumbuh 10.8 persen.