Pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi di Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah, menunjukkan peningkatan pada tahun 2024. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pengeluaran mencapai Rp127.685 per kapita per bulan, tumbuh 3,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Angka ini menempatkan Kabupaten Buol pada peringkat ke-7 di antara kabupaten/kota se-Sulawesi Tengah dan peringkat ke-423 secara nasional.
Secara proporsi, pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi ini merupakan bagian dari total pengeluaran per kapita sebulan di Kabupaten Buol yang mencapai Rp1.050.270. Pengeluaran untuk makanan tercatat sebesar Rp566.772, sedangkan pengeluaran bukan makanan mencapai Rp483.498. Kondisi ini menggambarkan bahwa sebagian besar pengeluaran masyarakat masih dialokasikan untuk kebutuhan dasar, terutama makanan.
(Baca: Persentase Rumah Tangga dengan Status Kepemilikan Rumah Bebas Sewa di Periode 2015-2024)
Data historis menunjukkan adanya fluktuasi pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi di Kabupaten Buol. Tahun 2018, pengeluaran tercatat sebesar Rp100.189, kemudian naik menjadi Rp108.791 pada tahun 2019, sebelum mengalami penurunan signifikan sebesar 14,4 persen pada tahun 2020 menjadi Rp93.085. Selanjutnya, terjadi kenaikan secara bertahap hingga mencapai titik tertinggi pada tahun 2024. Meskipun mengalami kenaikan, pertumbuhan 3,4 persen pada tahun 2024 lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya yang mencapai 17,7 persen.
Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk aneka barang dan jasa di Kabupaten Buol adalah Rp242.267. Sementara itu, pengeluaran untuk kebutuhan lain seperti kecantikan, perawatan, rokok dan tembakau, serta sabun mandi masing-masing tercatat sebesar Rp27.034, Rp63.057, Rp140.735, dan Rp65.291. Hal ini menunjukkan bahwa selain makanan dan minuman jadi, masyarakat juga mengalokasikan dana untuk kebutuhan sekunder dan tersier.
Dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Sulawesi Tengah, Kota Palu mencatatkan pengeluaran tertinggi untuk makanan dan minuman jadi pada tahun 2024, yaitu Rp242.001, dengan pertumbuhan 18,6 persen. Kabupaten Morowali berada di urutan kedua dengan Rp219.453 dan pertumbuhan 15,6 persen. Kabupaten Banggai mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu 31,1 persen dengan nilai pengeluaran Rp189.480. Sementara itu, Kabupaten Morowali Utara mengalami penurunan 9,7 persen dengan nilai pengeluaran Rp182.230. Kabupaten Parigi Moutong mencatatkan pengeluaran sebesar Rp158.593 dengan pertumbuhan 18 persen.
Kabupaten Morowali
Kabupaten Morowali menempati peringkat pertama di Sulawesi Tengah untuk rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan pada tahun 2024, yaitu sebesar Rp1.028.923. Angka ini menunjukkan pertumbuhan signifikan sebesar 50,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yang mencatatkan Rp685.197,61. Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan kabupaten/kota lain di provinsi tersebut. Posisi ini juga mencerminkan bahwa masyarakat Morowali mengalokasikan dana yang signifikan untuk kebutuhan selain makanan, menunjukkan tingkat kesejahteraan yang relatif tinggi.
(Baca: PDB Paritas Data Beli (PPP) Yaman 2015 - 2024)
Kota Palu
Sebagai ibu kota provinsi, Kota Palu mencatatkan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan sebesar Rp707.941 pada tahun 2024, dengan pertumbuhan 15,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun pertumbuhan ini positif, namun masih lebih rendah dibandingkan Kabupaten Morowali dan Kabupaten Morowali Utara. Kota Palu tetap menjadi salah satu wilayah dengan pengeluaran makanan tertinggi di Sulawesi Tengah, mencerminkan tingginya aktivitas ekonomi dan konsumsi di wilayah perkotaan.
Kabupaten Morowali Utara
Kabupaten Morowali Utara menduduki peringkat kedua untuk rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan di Sulawesi Tengah, dengan nilai Rp872.138 pada tahun 2024. Pertumbuhan pengeluaran makanan di kabupaten ini sangat tinggi, mencapai 32,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam konsumsi makanan di Kabupaten Morowali Utara, yang kemungkinan didorong oleh faktor-faktor seperti peningkatan pendapatan atau perubahan pola konsumsi masyarakat.