Pengeluaran untuk perawatan kulit di Kabupaten Temanggung pada tahun 2024 tercatat sebesar Rp45.456 per kapita per bulan, informasi ini seperti data yang diolah dari data Susenas.
Angka ini menunjukkan adanya pertumbuhan sebesar 19% dibandingkan tahun sebelumnya.
(Baca: Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp. 16.254 per Dolar AS (Rabu, 09 Juli 2025))
Jika dibandingkan dengan total rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk aneka barang dan jasa sebesar Rp178.298, pengeluaran untuk perawatan kulit hanya menyumbang sekitar 25,5%.
Sementara itu, jika dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan jadi sebesar Rp173.132, pengeluaran untuk perawatan kulit hanya sekitar 26,2%.
Data historis menunjukkan pengeluaran untuk perawatan kulit di Kabupaten Temanggung cenderung fluktuatif dalam tujuh tahun terakhir. Terjadi peningkatan signifikan pada tahun 2020, yakni sebesar 41%, namun kemudian menurun tajam turun 30.2% pada tahun 2021. Pengeluaran tertinggi terjadi pada tahun 2022 dengan nilai Rp45.193.
Pada tahun 2024, Kabupaten Temanggung berada di peringkat ke-21 di antara kabupaten/kota se-Jawa Tengah dalam hal pengeluaran untuk perawatan kulit, ini seperti data yang diolah dari data Susenas. Secara nasional, Kabupaten Temanggung berada di peringkat ke-339.
(Baca: Pengeluaran Perkapita Sebulan untuk Sabun Mandi Kab. Murung Raya | 2024)
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat beberapa kabupaten/kota di Jawa Tengah dengan pengeluaran untuk perawatan kulit yang lebih tinggi dibandingkan Kabupaten Temanggung pada tahun 2024. Contohnya, Kota Semarang dengan pengeluaran Rp95.594 dan pertumbuhan 28.8%, Kota Magelang dengan Rp95.520 dan pertumbuhan 9.4%, serta Kota Surakarta dengan Rp88.833 dan pertumbuhan 29.4%. Kabupaten/kota ini menduduki peringkat 1, 2, dan 3 se-provinsi Jawa Tengah.
Kota Semarang
Kota Semarang menunjukkan performa ekonomi yang kuat dengan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan mencapai Rp1.322.997 pada tahun 2024, tertinggi di Jawa Tengah. Nilai ini tumbuh 12.6% dibandingkan tahun sebelumnya, mencerminkan peningkatan kesejahteraan dan daya beli masyarakat. Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan juga tinggi, yaitu Rp914.785. Ini menempatkan Kota Semarang pada peringkat pertama di Jawa Tengah dalam hal pengeluaran bukan makanan. Pengeluaran untuk makanan tumbuh 14.7% dibandingkan tahun sebelumnya, mengindikasikan peningkatan konsumsi masyarakat terhadap makanan berkualitas.
Kota Salatiga
Kota Salatiga mencatatkan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan sebesar Rp1.315.195 pada tahun 2024. Meskipun menduduki peringkat kedua di Jawa Tengah, kota ini mengalami penurunan pertumbuhan turun 14.4% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan adalah Rp811.317. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran prioritas konsumsi masyarakat, di mana pengeluaran untuk makanan mengalami penurunan turun 5.5% dibandingkan tahun sebelumnya, yang bisa jadi dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti perubahan gaya hidup dan preferensi konsumsi.
Kota Surakarta
Kota Surakarta menunjukkan kestabilan ekonomi dengan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan mencapai Rp942.391 pada tahun 2024. Meskipun mengalami sedikit penurunan turun 3.7% dibandingkan tahun sebelumnya, kota ini tetap berada di peringkat keempat di Jawa Tengah. Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan juga cukup tinggi, yaitu Rp759.788. Ini mengindikasikan bahwa meskipun ada sedikit penurunan dalam pengeluaran bukan makanan, konsumsi makanan masyarakat tetap stabil, dengan penurunan hanya turun 0.9%.
Kota Tegal
Kota Tegal mencatatkan pertumbuhan positif dalam rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan sebesar 10.6%, mencapai Rp740.172 pada tahun 2024 dan menduduki peringkat ke-7 di Jawa Tengah. Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan adalah Rp749.532. Peningkatan ini mencerminkan peningkatan kesejahteraan dan daya beli masyarakat Tegal. Pengeluaran untuk makanan juga tumbuh signifikan sebesar 11.7% dibandingkan tahun sebelumnya, menunjukkan peningkatan konsumsi masyarakat terhadap makanan.