Pengeluaran untuk perawatan kulit di Kabupaten Manggarai Timur pada tahun 2024 tercatat sebesar Rp33.151 per kapita per bulan, informasi ini seperti data yang diolah dari data Susenas. Angka ini mengalami penurunan sebesar 12.5% dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun demikian, pengeluaran ini tetap menjadi bagian dari alokasi dana masyarakat untuk berbagai kebutuhan.
Jika dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk aneka barang dan jasa sebesar Rp118.351, pengeluaran untuk perawatan kulit hanya mencakup sekitar 28%. Sementara itu, jika dibandingkan dengan pengeluaran untuk makanan jadi (Rp72.641) atau rokok dan tembakau (Rp87.668), alokasi dana untuk perawatan kulit relatif lebih kecil. Namun, pengeluaran ini masih lebih besar dari pengeluaran untuk kecantikan secara umum (Rp9.392) atau sabun mandi (Rp40.052).
(Baca: Harga Gula Pasir Lokal di Pasar Tradisional Provinsi Sumatera Barat Sebulan Terakhir Turun 3,41%)
Secara historis, pengeluaran untuk perawatan kulit di Manggarai Timur menunjukkan fluktuasi. Dari tahun 2018 hingga 2023, terjadi peningkatan yang cukup signifikan, dari Rp20.867 menjadi Rp37.905. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2021 (19.1%) dan 2022 (18.9%). Namun, pada tahun 2024, terjadi penurunan yang cukup besar, mengembalikan angka pengeluaran ke level yang mendekati tahun 2020. Ini menjadi anomali karena mengalami penurunan setelah terus meningkat selama beberapa tahun terakhir.
Dalam konteks regional, Kabupaten Manggarai Timur berada di peringkat ke-16 dari 22 kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur dalam hal pengeluaran untuk perawatan kulit pada tahun 2024. Kota Kupang mencatatkan pengeluaran tertinggi (Rp90.454), diikuti oleh Kabupaten Sabu Raijua (Rp64.528) dan Kabupaten Ngada (Rp61.322). Secara nasional, Manggarai Timur berada di peringkat ke-473.
Beberapa kabupaten/kota lain di NTT menunjukkan dinamika yang beragam dalam pengeluaran untuk perawatan kulit. Kota Kupang, dengan pengeluaran tertinggi, justru mengalami penurunan tipis sebesar 1.5%. Kabupaten Sabu Raijua mengalami penurunan signifikan sebesar 22.9%. Sebaliknya, Kabupaten Sumba Timur mencatatkan pertumbuhan yang signifikan sebesar 28.5%. Perubahan ini menunjukkan preferensi dan prioritas konsumsi yang berbeda di setiap wilayah.
Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Sebulan Bukan MakananKota Kupang mencatatkan pengeluaran bukan makanan sebesar Rp792.892, yang meskipun tertinggi di provinsi, mengalami penurunan 2.2%. Kondisi ini berbeda dengan Kabupaten Sabu Raijua yang justru mengalami pertumbuhan luar biasa, mencapai 24.8% dengan total pengeluaran Rp481.157. Kabupaten Sabu Raijua menunjukkan performa yang kuat dalam konsumsi non-makanan dibandingkan kabupaten lain.
(Baca: Rata-Rata Pengeluaran Perkapita Sebulan di Riau 2015 - 2024)
Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Sebulan Makanan dan Bukan MakananKota Kupang tercatat memiliki pengeluaran untuk makanan dan non-makanan paling besar, yaitu Rp1.430.795. Sementara itu, Kabupaten Sabu Raijua tercatat sebesar Rp1.118.751. Namun, Kota Kupang mengalami kontraksi sebesar 13.9%, sedangkan Sabu Raijua mengalami sedikit penurunan sebesar 0.7%. Ini mengindikasikan bahwa Sabu Raijua relatif lebih stabil dalam mempertahankan tingkat konsumsi masyarakatnya dibandingkan Kota Kupang.
Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Sebulan Untuk MakananKabupaten Ngada menduduki peringkat pertama dengan pengeluaran sebesar Rp645.901, menunjukkan pertumbuhan signifikan sebesar 14.8%. Kabupaten Sumba Timur berada di urutan kedua dengan pengeluaran Rp642.489. Kabupaten Ngada menunjukkan daya beli yang tinggi untuk kebutuhan makanan, jauh melampaui rata-rata kabupaten lainnya di provinsi tersebut.