- A Font Kecil
- A Font Sedang
- A Font Besar
International Monetary Fund (IMF) mencatat PDB Paritas Daya Beli (PPP) Sri Lanka pada 2024 sebesar 87.27 Unit. Angka ini menunjukkan sedikit peningkatan dibandingkan tahun 2023 yang sebesar 86.07 Unit. Namun, pertumbuhan tahunan melambat menjadi 1.39% dibandingkan 12.62% pada tahun sebelumnya.
Dalam tiga tahun terakhir (2022-2024), PDB PPP Sri Lanka menunjukkan peningkatan signifikan, dengan rata-rata pertumbuhan sekitar 17.22% per tahun. Peningkatan ini didorong oleh pertumbuhan yang sangat tinggi pada tahun 2022 (37.65%) dan 2023 (12.62%).
(Baca: PDB Menurut Daya Beli di Nepal 2024)
Satuan unit dalam data yang disajikan di artikel ini merupakan hasil perhitungan IMF atas nilai PDB harga berlaku mata uang nasional Sri Lanka terhadap dolar internasional. Dalam Publikasinya, IMF menyebutkan perhitungan digunakan untuk tujuan penyusunan komposit kelompok negara. Data yang dihasilkan ini dikatakan bukan sebagai sumber utama penyajian data paritas daya beli (PPP).
Jika dibandingkan dengan lima tahun terakhir (2020-2024), pertumbuhan rata-rata PDB PPP Sri Lanka adalah sekitar 13.75% per tahun. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dalam tiga tahun terakhir lebih tinggi dibandingkan rata-rata lima tahun terakhir.
Kenaikan tertinggi dalam periode yang diamati terjadi pada tahun 2022, dengan pertumbuhan sebesar 37.65%. Sementara itu, kenaikan terendah terjadi pada tahun 2021 dengan pertumbuhan hanya 0.67%. Anomali terjadi pada tahun 2022 dan 2023 yang pertumbuhannya jauh lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dalam 10 tahun terakhir.
Peringkat Sri Lanka berdasarkan regional tetap stabil di posisi ke-7 selama periode 2015-2024. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada pertumbuhan PDB PPP, posisinya relatif tidak berubah dibandingkan negara-negara lain di Asia.
(Baca: PDB Menurut Daya Beli di Puerto Rico 2024)
Meskipun IMF tidak memberikan proyeksi eksplisit, melambatnya pertumbuhan dari 12.62% menjadi 1.39% mengindikasikan potensi perlambatan ekonomi. Jika tren ini berlanjut, kondisi ekonomi Sri Lanka dapat memburuk di masa mendatang.
Jika dibandingkan dengan negara-negara lain, Cina (RRC - Tiongkok) memiliki PDB PPP tertinggi di Asia dengan 3365.594 Unit, diikuti oleh Jepang dengan 1187.784 Unit, dan Korea Selatan dengan 785.641 Unit. Sri Lanka jauh tertinggal dalam hal nilai PDB PPP. Peringkat Sri Lanka berdasarkan data tahun terakhir berada di bawah negara-negara seperti Kazakhstan dan Pakistan.