Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi di Kabupaten Situbondo pada tahun 2024 mencapai Rp186.854 per kapita per bulan.
Angka ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 19.4 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun demikian, pengeluaran ini menempatkan Kabupaten Situbondo pada peringkat 23 di antara kabupaten/kota se-Jawa Timur, dan peringkat 253 secara nasional. Secara keseluruhan di Pulau Jawa, Situbondo berada pada urutan ke-89 untuk kategori pengeluaran ini.
(Baca: Statistik Penduduk Beragama Islam di Nusa Tenggara Barat 2019-2024)
Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk aneka barang dan jasa di Situbondo adalah Rp418.514. Dari jumlah tersebut, selain makanan dan minuman jadi, pengeluaran dialokasikan untuk kecantikan (Rp39.189), perawatan (Rp47.311), rokok dan tembakau (Rp124.882), serta sabun mandi (Rp58.749). Pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi mencerminkan bagian yang signifikan dari total pengeluaran masyarakat, namun masih di bawah pengeluaran untuk rokok dan tembakau.
Pengeluaran tertinggi untuk makanan dan minuman jadi di Kabupaten Situbondo terjadi pada tahun 2024. Pertumbuhan pengeluaran cenderung fluktuatif selama periode 2018-2024. Sempat mengalami penurunan pada tahun 2020 dan 2022, namun kembali naik pada tahun-tahun berikutnya.
(Baca: PDB Menurut Daya Beli di Cina (RRC - Tiongkok) 2024)
Dibandingkan dengan beberapa kabupaten/kota lain di Jawa Timur, Kota Surabaya memiliki pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi tertinggi pada tahun 2024, yaitu Rp400.939 dengan pertumbuhan 14.5 persen. Kota Madiun mencatatkan pengeluaran Rp342.580 dengan penurunan 3.8 persen. Kabupaten Gresik memiliki pengeluaran Rp323.668 dengan pertumbuhan 0.7 persen. Kota Pasuruan sebesar Rp308.066 dengan pertumbuhan 3.1 persen dan Kota Kediri memiliki nilai Rp303.435 dengan pertumbuhan 8.6 persen.
Data historis juga menunjukkan perbandingan pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan dan bukan makanan di berbagai kabupaten/kota. Informasi ini seperti data yang diolah dari data Susenas. Berikut perbandingan untuk pengeluaran bukan makanan:
Kota Surabaya
Pada tahun 2024, Kota Surabaya mencatatkan pengeluaran per kapita sebulan untuk bukan makanan sebesar Rp1.541.006, mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 34 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan kabupaten/kota lain di Jawa Timur dan menempatkan Surabaya di peringkat pertama. Tahun sebelumnya, pengeluaran bukan makanan di Surabaya adalah Rp1.149.686,88. Pertumbuhan ini menunjukkan peningkatan kesejahteraan dan konsumsi masyarakat Surabaya di sektor non-makanan.
Kota Malang
Kota Malang mencatatkan pengeluaran per kapita sebulan untuk bukan makanan sebesar Rp1.216.228 pada tahun 2024, meningkat 4.5 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp1.163.346,82. Meskipun pertumbuhan tidak setinggi Surabaya, Malang tetap berada di peringkat kedua di Jawa Timur. Pengeluaran ini mencerminkan tingginya aktivitas ekonomi dan konsumsi di sektor non-makanan di Kota Malang.
Kota Madiun
Kota Madiun menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi dalam pengeluaran per kapita sebulan untuk bukan makanan, mencapai Rp1.192.091 pada tahun 2024, meningkat 15.3 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp1.033.945,68. Pertumbuhan ini menempatkan Madiun di peringkat ketiga di Jawa Timur. Peningkatan ini mengindikasikan adanya peningkatan kesejahteraan dan diversifikasi konsumsi masyarakat Madiun ke sektor non-makanan.
Kabupaten Sidoarjo
Kabupaten Sidoarjo mencatatkan pengeluaran per kapita sebulan untuk bukan makanan sebesar Rp1.077.404 pada tahun 2024, meningkat 14.7 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp939.077,05. Dengan pertumbuhan ini, Sidoarjo berada di peringkat keempat di Jawa Timur. Pengeluaran ini mencerminkan aktivitas industri dan ekonomi yang tinggi di Sidoarjo, yang mendukung konsumsi di sektor non-makanan.