Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi di Kabupaten Wonosobo mencapai Rp 185.263 per kapita per bulan pada 2024. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 3,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 192.111 per kapita per bulan.
Perkembangan pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi di Wonosobo dalam beberapa tahun terakhir cukup fluktuatif. Setelah mengalami penurunan pada tahun 2019 dan 2020, pengeluaran ini kembali naik signifikan pada tahun 2021 dan 2022. Pada 2023, pengeluaran mencapai titik tertinggi dalam periode tersebut, namun kemudian mengalami penurunan di tahun 2024.
(Baca: PDRB ADHK Sektor Jasa Pendidikan Periode 2013-2024)
Secara keseluruhan, rata-rata pengeluaran per kapita sebulan masyarakat Wonosobo untuk makanan dan bukan makanan adalah Rp 980.037. Dari jumlah tersebut, Rp 535.488 dialokasikan untuk makanan, dan sisanya untuk kebutuhan non-makanan. Pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi merupakan bagian dari total pengeluaran untuk makanan.
Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Jawa Tengah, Wonosobo berada di peringkat ke-27 dalam hal pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi. Peringkat ini menunjukkan bahwa pengeluaran masyarakat Wonosobo untuk kategori ini relatif lebih rendah dibandingkan dengan wilayah lain seperti Kota Semarang, Kota Tegal, dan Kota Pekalongan yang menempati peringkat teratas.
Anomali terjadi pada tahun 2021, di mana pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi melonjak tajam sebesar 12,9 persen. Kenaikan ini bisa jadi disebabkan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat akibat pandemi Covid-19, di mana banyak orang lebih memilih untuk membeli makanan jadi daripada memasak sendiri. Namun, pola ini tidak berlanjut di tahun 2024, di mana terjadi penurunan.
Beberapa kabupaten/kota lain di Jawa Tengah memiliki nilai pengeluaran makanan dan minuman jadi yang berbeda. Contohnya, Kota Semarang mencatat pengeluaran Rp 358.183 dengan pertumbuhan 37,1 persen, menempati peringkat pertama di provinsi. Kota Tegal, meski memiliki nilai pengeluaran Rp 350.104, justru mengalami penurunan 14,4 persen. Kabupaten Kudus dengan pengeluaran Rp 289.941 mengalami pertumbuhan 25 persen dan berada di peringkat 5. Kabupaten Karanganyar dengan pengeluaran Rp 248.305 mengalami pertumbuhan tertinggi mencapai 63,2 persen.
(Baca: PDB Paritas Data Beli (PPP) Yaman 2015 - 2024)
Kota Semarang
Berdasarkan data BPS, Kota Semarang menunjukkan angka yang signifikan dalam rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan, mencapai Rp 1.322.997 pada tahun 2024. Angka ini menempatkan Kota Semarang pada peringkat pertama se-provinsi Jawa Tengah. Terjadi pertumbuhan sebesar 12,6% dibandingkan tahun sebelumnya.
Kota Salatiga
Kota Salatiga menempati posisi kedua dengan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan sebesar Rp 1.315.195. Meskipun memiliki angka yang tinggi, Kota Salatiga mengalami penurunan sebesar 14,4% dalam pertumbuhan dibandingkan tahun sebelumnya. Dalam hal rata-rata pengeluaran per kapita sebulan makanan dan bukan makanan, Kota Salatiga memiliki pengeluaran Rp 2.126.512 dengan penurunan 11,2%.
Kota Magelang
Kota Magelang mencatatkan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan sebesar Rp 980.996. Dengan pertumbuhan sebesar 1,8% dibandingkan tahun sebelumnya, Kota Magelang berada di peringkat ketiga se-provinsi. Pengeluaran rata-rata per kapita sebulan untuk makanan mencapai Rp 689.220 dan pengeluaran rata-rata per kapita sebulan makanan dan bukan makanan sebesar Rp 1.048.449 dengan pertumbuhan 12,7%.
Kota Surakarta
Data dari BPS menunjukkan bahwa Kota Surakarta memiliki rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan sebesar Rp 942.391. Kota Surakarta mengalami penurunan sebesar 3,7% dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk rata-rata pengeluaran per kapita sebulan makanan dan bukan makanan, Kota Surakarta memiliki pengeluaran Rp 1.670.216 dengan penurunan 1,8%.