PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk menutup Mei 2023 dengan capaian yang manis. Saham emiten teknologi berkode GOTO itu naik 34,86% atau 38 poin ke level Rp147 per lembar saham pada penutupan perdagangan Rabu (31/5/2023). Padahal, sahamnya pernah menyentuh Rp104 hari ini.
Dari data RTI Business, saham GOTO sudah ditransaksikan dengan volume sebanyak 45,94 miliar saham yang nilainya tembus Rp6,44 triliun. Frekuensinya mencapai 54.730 kali. Nilai kapitalisasi GOTO pun mencapai Rp174,1 triliun.
Dilansir Katadata, level ini merupakan kenaikan tertinggi dalam sebulan terakhir setelah mengalami kenaikan 9% pada 4 Mei lalu, kemudian saham GOTO juga sempat naik 8,26% pada 10 Mei 2023.
Besar kemungkinan, kenaikan terjadi setelah saham perusahaan secara resmi efektif hari ini masuk indeks global Morgan Stanley Capital International (MSCI) Global Standard Indexes. GOTO menyingkirkan emiten rokok PT Gudang Garam Tbk (GGRM) yang sebelumnya lebih dulu masuk sebagai penghuni indeks tersebut.
Masuknya GOTO menjadi konstituen indeks MSCI memang sudah diperkirakan oleh banyak analis akan mendorong masuknya aliran dana asing ke saham hasil merger Gojek dengan Tokopedia ini.
Hari-hari saham GOTO sebenarnya kerap duduk di zona merah. GOTO sempat menginjak batas auto reject bawah (ARB) pada perdagangan Jumat lalu (26/5/2023), yang anjlok 6,31% atau 7 poin menjadi Rp104.
(Baca juga: Kerugian GoTo Bengkak pada 2022, Lampaui Rugi Grab dan Sea Ltd)
Mundur pada 15 Februari 2023 lalu, saham ini pernah menyentuh Rp105 dan nyaris tak bergerak naik. Analis dan Pendiri Traderindo, Wahyu Laksono membeberkan alasannya dalam wawancara dengan SWA Online.
Faktornya diprediksi berasal dari sentimen negatif global atas kebijakan The Fed yang agresif hike rate memantik kelangkaan likuiditas. Terlebih kurs dolar Amerika Serikat (AS) naik dan banyak aset melemah. Namun menurut Wahyu, sejak Desember lalu, GOTO memang sudah sangat ambles dan oversold di bawah level Rp100.
"Sejak itu, tidak bisa dibilang anjlok lagi karena konsolidasi di sekitar low level. Bahkan pada Januari menjadi bulan bagus. Bukan hanya GOTO, Bukalapak juga, seiring dengan rebound kuat Nasdaq. Jawara Januari lalu indeks transportasi. Nomor dua, ya, teknologi," ujar Wahyu kepada SWA Online melalui sambungan telepon, Selasa (15/06/2023).
Wahyu melihat, hampir semua emiten teknologi yang nasibnya buruk mulai oversold akhir tahun lalu dan 'melawan'. Mereka didukung sentimen global yang juga rebound sebab meredanya agresivitas The Fed. Wahyu juga menilai, level di bawah Rp100 justru potensial dan menarik bagi investor.
"Pergerakan GOTO saat ini lebih kepada speculative buying dan sentimen. Belum ada fundamental yang signifikan untuk memicu reversal tren jadi bullish. Termasuk soal perombakan internal, komisaris atau bahkan direksi sekalipun belum tentu ada jaminan positif dan memicu reversal tersebut," kata Wahyu.
Dilansir CNN Indonesia, Presiden GoTo Patrick Cao juga sempat mengatakan bahwa kondisi makro ekonomi menjadi salah satu penyebab anjloknya saham perusahaan. Selain itu, faktor lainnya adalah kondisi pasar modal, kompetisi, dan kinerja perusahaan.
(Baca juga: Ramai-ramai Lepas Saham GOTO, Ini Komposisi Pemegangnya pada Akhir April 2023)