Pasar Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia telah kehilangan modal asing sekitar Rp120 triliun dalam enam bulan belakangan.
Menurut data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), pada 3 Januari 2022 kepemilikan asing/non-residen dalam SBN rupiah yang dapat diperdagangkan masih sebesar Rp893,6 triliun.
Namun, sejak penghujung Februari 2022, tepat setelah Rusia memulai invasi ke Ukraina, tren kepemilikannya terus berkurang seperti terlihat pada grafik, hingga pada 6 Juli 2022 nilainya tinggal Rp773,12 triliun.
Menurut Danareksa Research Institute, tren penurunan kepemilikan asing di SBN sudah terjadi sejak awal pandemi tahun 2020. Kemudian sepanjang semester pertama 2022 penurunan terus berlanjut karena dipengaruhi konflik geopolitik, yang kemudian berdampak pula pada gejolak ekonomi di skala global.
Dalam laporan Ketidakpastian Ekonomi Global dan Peluang Ekonomi Domestik yang dirilis Senin (11/7/2022), Danareksa Research Institute memperkirakan tren keluarnya modal asing dari pasar SBN ini akan terus terjadi dalam beberapa waktu mendatang.
"Capital outflow dari pasar SBN diperkirakan akan berlanjut, karena sentimen kenaikan Federal Fund Rate (FFR) yang diperkirakan akan terjadi sebanyak tujuh kali pada 2022 dan lima kali pada 2023," tulis Danareksa dalam laporannya.
Danareksa juga menyatakan ada sejumlah faktor lain yang bakal mempengaruhi capital outflow, yakni sentimen kenaikan suku bunga Bank Sentral Eropa, serta sentimen kenaikan suku bunga global.
"Di tengah potensi capital outflow, nilai tukar rupiah diperkirakan melemah, tetapi dengan volatilitas yang terjaga. Hal ini tidak lepas dari semakin berkurangnya porsi asing pada kepemilikan SBN," jelas Danareksa.
(Baca Juga: The Fed Naikkan Suku Bunga 150 bps Selama Semester I 2022)