PT Unilever Indonesia Tbk membukukan penjualan bersih Rp41,2 triliun pada 2022, meningkat 4,2% dibanding tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Namun, pada 2022 harga pokok penjualannya membengkak 11,2% (yoy) jadi Rp22,2 triliun. Kemudian beban pemasaran dan penjualan naik 7,5% (yoy) ke Rp8,5 triliun, sementara beban umum dan administrasi turun 12,9% (yoy) ke Rp3,54 triliun.
Alhasil, setelah dikurangi beban pajak penghasilan dan biaya keuangan lainnya, laba bersih emiten berkode UNVR ini pada 2022 turun 6,8% (yoy) menjadi Rp5,4 triliun.
Penyusutan laba UNVR juga sudah terjadi tiga tahun berturut-turut sejak awal pandemi, seperti terlihat pada grafik.
"Tahun 2022 merupakan tahun di mana perseroan menyiapkan landasan yang lebih kuat untuk kebangkitan bisnis setelah melalui tahun 2021 yang berat," kata Ira Noviarti, Presiden Direktur PT Unilever Indonesia Tbk, dalam siaran persnya (9/2/2023).
"Pada kuartal III 2022, kami mengurangi stok di sisi trade, dan langkah ini berlanjut di kuartal IV 2022. Kami percaya bahwa ini adalah strategi yang tepat untuk menjadikan bisnis kami lebih future-fit dan lebih tangkas," lanjutnya.
Utang atau liabilitas UNVR tercatat berkurang dari Rp14,7 triliun pada 2021 menjadi Rp14,3 triliun pada 2022.
Kemudian nilai ekuitasnya turun dari Rp4,3 triliun menjadi Rp3,9 triliun, diiringi nilai total aset yang menyusut dari Rp19,1 triliun menjadi Rp18,3 triliun pada akhir 2022.
Di luar catatan keuangan tersebut, tahun ini UNVR masih bertahan dalam indeks LQ45 periode Februari-Juli 2023.
LQ45 adalah daftar 45 emiten terpilih versi Bursa Efek Indonesia (BEI) yang performanya dinilai baik berdasarkan kriteria tertentu, seperti memiliki kapitalisasi pasar besar dan likuiditas tinggi.
(Baca: Ritel Makanan Laris, Laba Alfamart Melesat pada 2022)