Berdasarkan data Yahoo Finance, sampai 4 Maret 2024 pukul 19.15 WIB, harga Bitcoin sudah menembus US$65.149,41.
Jika dikonversi ke rupiah, harga mata uang kripto ini mencapai Rp1,03 miliar per koin (asumsi kurs Rp15.744 per US$).
Harga ini pun menjadi rekor tertinggi ke-5 dalam sejarah Bitcoin.
Rekor puncaknya tercatat pada 8 November 2021, ketika harganya mencapai US$67.566,83.
Kemudian rekor tertinggi ke-2 tercapai pada 9 November 2021 (US$66.971,83), rekor ke-3 pada 20 Oktober 2021 (US$65.992,84), dan rekor ke-4 pada 14 November 2021 (US$65.466,84).
Setelah masa kejayaan pada 2021, harga Bitcoin sempat anjlok sampai kuartal keempat 2022. Namun, sejak 2023 harganya kembali bergerak naik, dan melompat signifikan mulai awal 2024 seperti terlihat pada grafik.
Adapun menurut Reku, perusahaan aplikasi perdagangan aset kripto di Indonesia, kenaikan harga Bitcoin awal tahun ini ditopang dua faktor utama.
Pertama, ada aliran dana bersih US$6,1 miliar ke sejumlah ETF (Exchange Traded Fund) Bitcoin. ETF adalah instrumen investasi semacam reksa dana, di mana investor memercayakan dananya kepada pihak ketiga untuk dikelola dalam bursa kripto.
Kedua, perusahaan perangkat lunak asal Amerika Serikat, Microstrategy, membeli sekitar 3.000 token Bitcoin pada Februari 2024.
"Kondisi ini bisa membuka prospek investor yang baru ingin berinvestasi aset kripto untuk memulai perjalanannya. Sebab, performa Bitcoin menunjukkan bahwa instrumen aset kripto bukan hanya dapat dimanfaatkan sebagai pelengkap, namun juga opsi diversifikasi untuk mengoptimalkan potensi return," kata Crypto Analyst Reku Fahmi Almuttaqin dalam siaran persnya (28/2/2023).
"Investor existing juga bisa memanfaatkan momentum ini untuk mendiversifikasikan aset kriptonya ke sejumlah koin lain yang berpotensi akan turut meningkat berkat kenaikan harga Bitcoin," kata Fahmi lagi.
Namun, Reku mengingatkan investor agar tetap cermat memantau pasar.
"Investor diimbau untuk tetap mempertimbangkan seluruh keputusan investasi dengan riset mendalam dan pertimbangan yang bijak, serta tentunya menggunakan uang dingin untuk berinvestasi," kata Fahmi.
(Baca: Nilai Transaksi Aset Kripto di Indonesia Turun 69,18% pada 2023)