Mata uang rubel Rusia sempat melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022.
Namun, kini rubel telah kembali bangkit hingga mencapai level terkuatnya dibanding sebelum invasi.
Berdasarkan data Yahoo Finance, setelah Rusia menginvasi Ukraina nilai tukar rubel sempat melemah hingga ke level 138,97 per dolar AS pada 8 Maret 2022. Angka tersebut merupakan level terlemah rubel dalam setahun terakhir.
Namun, nilai tukar rubel kemudian menguat hingga ke level 54,72 per dolar AS pada perdagangan 21 Juni 2022. Nilai tersebut terapresiasi 3,53% dari penutupan sehari sebelumnya.
Jika dibandingkan posisi terlemahnya (8 Maret 2022), mata uang rubel saat ini (21 Juni 2022) sudah berbalik menguat sebesar 60,63%.
Sedangkan jika dibandingkan posisi sebelum invasi (23 Februari 2022), mata uang rubel juga menguat 30,57%.
Demikian pula jika dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu (31 Desember 2021), mata uang Negeri Beruang Merah ini sudah terapresiasi 26,59% (year to date/ytd) terhadap dolar AS.
Kemudian jika dibanding posisi setahun sebelumnya (21 Juni 2021), rubel berhasil menguat 24,84% (year on year/yoy).
Meskipun diembargo oleh negara-negara barat, mata uang Rusia mampu menguat terhadap dolar AS. Namun, menguatnya nilai tukar tersebut membuat harga barang-barang ekspor dari Rusia menjadi semakin mahal.
(Baca: Suku Bunga AS Naik, Indeks Dolar Amerika Menguat 8% (Ytd) hingga 16 Juni 2022)