Ancaman kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Fed) serta kekhawatiran terhadap perang dagang dunia membuat dolar digdaya terhadap mata uang utama dunia. Imbasnya, mata uang di pasar berkembang melemah sepanjang tahun ini dan tidak terkecuali dengan rupiah. Di pasar spot (29/6) hingga pukul 10:50 WIB, nilai tukar rupiah ditransaksikan di Rp 14.384/dolar Amerika sementara di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) di 14.404/dolar Amerika.
Data Bloomberg mencatat tingkat pengembalian mata uang rupiah di pasar spot terhadap dolar Amerika untuk periode (29 Des 2017-28 Jun 2018) turun 5,71% (YTD). Angka tersebut menempatkan rupiah berada di urutan 10 mata uang negara pasar berkembang yang mengalami pelemahan terdalam. Posisi tersebut berada di bawah peso Filipina yang mengalami depresiasi 6,74% terhadap dolar Amerika.
Sementara negara yang mengalami pelemahan terdalam adalah peso Argentina, yakni mencapai 33,71% (Ytd) diikuti lira Turki turun sebesar 17,15% dan real Brasil 14,3%. Meningkatnya ketidakpastian global membuat volatilitas pasar finansial meningkat. Ini tercermin dari indeks volatilitas (VIX) meningkat ke level 16,85 pada 28 Juni 2018 dari posisi akhir tahun lalu di 11,04. Demikian pula indeks dolar AS terhadap mata uang utama dunia (DXY) naik menjadi 95,27 dibanding posisi akhir tahun lalu di 92,12.