Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia pada perdagangan Kamis (26/4) ditutup turun 170,65 poin (2,81%) ke level 5.909,2 dari penutupan sehari sebelumnya. Posisi ini merupakan yang terendah sejak 31 Oktober 2017. Sementara penurunan dalam persen ini merupakan yang terdalam sejak 14 November 2016. Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan akhir pekan ini (hingga pukul 9:07 WIB) IHSG naik 67,95 poin (1,15%) ke level 5.977,15.
Kekhawatiran investor terhadap suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Fed) akan naik lebih cepat seiring meningkatnya inflasi di Negeri Paman Sam memicu tekanan jual bursa saham global dan tidak terkecuali di bursa Jakarta. Selain itu, nilai tukar rupiah yang terdepresiasi hingga mendekati Rp 14.000/dolar AS juga turut membuat IHSG turun 6,76% hingga di bawah 6.000.
Dari indikator teknikal Relative Strenght Index (RSI) 14 harian, IHSG telah berada di level 26,02 poin dari skala 0-100. Indeks RSI di bawah 30 mengindikasikan harga-harga saham di bursa Jakarta telah berada di area jenuh jual dan berpotensi berbalik naik. Sedangkan berdasarkan indikator Pivot Point, batas bawah IHSG di posisi 5.839,2. Jika tidak mampu bertahan maka indeks dapat melanjutkan penurunan hingga ke 5.769,2. Sementara batas atas IHSG di 6.034, artinya jika mampu bertahan di level tersebut indeks dapat berbalik naik ke 6.159,09.