Suku bunga The Fed naik ke kisaran 4,5%-4,75% pada awal Februari 2023. Ini merupakan level tertinggi dalam 16 tahun terakhir, tepatnya sejak Oktober 2007 seperti terlihat pada grafik.
"Indikator terbaru menunjukkan terjadi pertumbuhan moderat dalam pengeluaran dan produksi di Amerika Serikat (AS). Lapangan kerja menguat dalam beberapa bulan terakhir dan tingkat pengangguran tetap rendah. Inflasi agak mereda, tapi tetap tinggi," kata Komite The Fed dalam siaran persnya, Rabu (1/2/2023).
Sejak awal 2022 sampai sekarang, bank sentral AS ini sudah menaikkan suku bunga acuannya delapan kali secara agresif, dengan akumulasi kenaikan 450 basis points (bps).
The Fed menyatakan kebijakan tersebut bertujuan untuk menekan laju inflasi AS menjadi 2% (year-on-year/yoy). Adapun sampai akhir tahun lalu inflasi umumnya masih di level 6,5% (yoy).
Pada Desember 2022 AS mengalami inflasi makanan 10,4% (yoy), dengan rincian inflasi makanan rumahan 11,8% (yoy) dan inflasi makanan luar rumah 8,3% (yoy).
Kemudian laju inflasi energi AS mencapai 7,3% (yoy) pada Desember 2022, dengan rincian inflasi komoditas energi 0,4% (yoy) dan inflasi jasa energi 15,6% (yoy). Diikuti inflasi seluruh barang/jasa tanpa harga pangan dan energi 5,7% (yoy).
Melihat inflasi AS yang masih jauh dari target, The Fed menyiratkan adanya kemungkinan untuk menaikkan lagi suku bunga acuannya.
"Dalam menentukan tingkat kenaikan suku bunga di masa mendatang, Komite akan mempertimbangkan pengetatan kebijakan moneter yang mempengaruhi aktivitas ekonomi dan inflasi, serta perkembangan ekonomi dan finansial," kata Komite The Fed.
"Selain itu, Komite akan terus mengurangi kepemilikannya atas sekuritas treasury dan utang, serta mengurangi sekuritas yang didukung hipotek. Komite sangat berkomitmen untuk mengembalikan inflasi ke target 2%," lanjutnya.
(Baca: Inflasi Amerika Serikat Turun ke 6,5% pada Akhir 2022)