232 Titik Panas Terdeteksi di Indonesia Dalam 24 Jam Terakhir (Senin, 26 Februari 2024)
- A Kecil
- A Sedang
- A Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 232 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini berkurang 219 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Senin (26/2/2024) pukul 08.51 WIB. Dari 232 titik panas terdeteksi, 11 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 205 titik skala sedang, dan 16 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Hampir 5 Ribu Kejadian Bencana Alam di Indonesia Sepanjang 2023, Karhutla Mendominasi)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Kalimantan Timur sebanyak 81 titik. Maluku Utara menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 31 titik. Sulawesi Tengah berada di posisi ketiga sebanyak 27 titik panas.
Sebanyak 16 titik panas terdeteksi di Sulawesi Selatan, Aceh menyusul dengan 15 titik panas, serta Riau dan Kalimantan Utara masing-masing memiliki 14 dan 11 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: Ada 137 Kejadian Bencana Alam Jelang Akhir Januari 2024, Banjir Terbanyak)