Menurut laporan survei People and Climate Change 2025 dari Ipsos, ada banyak masyarakat Indonesia yang memiliki perhatian akan perubahan iklim.
Sebanyak 81% responden Indonesia meyakini, jika masing-masing individu tidak bertindak sekarang untuk menghadapi masalah tersebut, hasilnya akan mengecewakan generasi mendatang.
"Kesadaran masyarakat Indonesia terhadap perubahan iklim tergolong sangat tinggi, dengan mayoritas menyuarakan kebutuhan mendesak akan tindakan yang lebih cepat dan lebih kuat untuk mengatasi dampaknya," kata Ipsos dalam siaran pers (21/4/2025).
(Baca: 2024 Jadi Tahun Terpanas, Suhu Global Naik 1,6 Derajat Celsius)
Tak hanya di level individu, 81% responden Indonesia menilai negara perlu mengambil peran lebih besar dalam penanganan perubahan iklim.
Kemudian 60% responden yakin bahwa pemerintah sudah punya rencana jelas untuk berkolaborasi dengan pelaku usaha dan masyarakat dalam mengatasi perubahan iklim.
"Temuan ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia tidak hanya menyadari urgensi krisis iklim, tetapi juga siap menjadi bagian dari solusi, baik sebagai individu maupun melalui dukungan terhadap kebijakan pemerintah dan inisiatif kolektif," kata Ipsos.
(Baca: Banyak Perusahaan RI Belum Komitmen Net Zero Emission)
Kendati begitu, sebagian masyarakat khawatir bahwa upaya mitigasi perubahan iklim bisa mengganggu stabilitas.
Hal ini salah satunya terlihat dari 36% responden Indonesia yang percaya transisi menuju energi terbarukan bisa mengakibatkan peningkatan pemadaman listrik.
"Data ini mencerminkan pentingnya pendekatan transisi energi yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga mempertimbangkan dampaknya terhadap ekonomi dan infrastruktur," kata Ipsos.
Ipsos menggelar survei ini secara online terhadap 23.745 responden yang tersebar di 32 negara, termasuk Indonesia, selama periode 24 Januari-7 Februari 2025.
(Baca: Isu Perubahan Iklim Belum Jadi Prioritas Umat Islam Indonesia)