Berdasarkan laporan Barilla Center Food And Nutritions, Arab Saudi menjadi negara pembuang sampah makanan terbesar di antara negara G20. Pada 2021, total sampah makanan yang dihasilkan negara tersebut mencapai 151 kilogram (kg) per orang per tahun.
Sampah tersebut berasal dari retail, restoran, serta rumah tangga. Jika dirinci, Arab saudi menghasilkan sampah makanan dari rumah tangga sebesar 105 kg per orang per tahun, dari restoran 26 kg per orang per tahun, dan dari retail 20 kg per orang per tahun.
Adapun Indonesia menduduki urutan ke delapan dengan menghasilkan sampah sisa makanan sebanyak 121 kg per orang per tahun. Sampah makanan dari Indonesia di dominasi oleh sampah rumah tangga sebesar 77 kg per orang per tahun.
Rusia sebagai negara pembuang sampah makanan terendah di antara negara G20. Total sampah makanan yang dihasilkan negara tersebut sekitar 75 kg per orang per tahun.
Dari tiga kategori sampah makanan, semua negara G20 memproduksi limbah yang berasal dari rumah tangga lebih besar daripada restoran dan limbah ritel, kecuali Amerika Serikat karena adanya preferensi budaya yang lebih kuat untuk makan di luar atau di restoran.
Makanan yang hilang dan terbuang adalah penyumbang besar emisi gas rumah kaca (GRK) global. Laporan tersebut mencatat bahwa makanan yang tidak dikonsumsi menyumbang 8–10% dari total emisi GRK tahunan.
Selain itu, distribusi makanan yang tidak efisien memiliki implikasi ekonomi. Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) memperkirakan sekitar 17% dari makanan yang diproduksi untuk konsumsi manusia di dunia dibuang sia-sia sebagai sampah pada 2019. Jumlahnya sekitar 931 juta ton.
Diketahui, sampah makanan adalah makanan yang terbuang dan tidak termakan. Penyebabnya banyak dan terjadi dalam proses produksi, pengolahan, distribusi, penyajian dan konsumsi. Sampah terjadi didalam setiap mata rantai dari produksi sampai konsumsi.
(Baca Juga: Angka Kelahiran di Afrika Selatan Tertinggi di Antara Negara G20)