Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat persentase desa di Maluku yang sebagian besar keluarga menggunakan minyak tanah untuk memasak mencapai 94.37 persen pada tahun 2024. Angka ini menunjukkan sedikit penurunan sebesar 1.46 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Data historis menunjukkan fluktuasi yang cukup signifikan. Fluktuasi yang dimaksud adalah adanya perubahan data yang tidak stabil dari tahun ke tahun yang terlihat pada 2018 naik signifikan, lalu turun di 2019, kemudian naik lagi di 2020, naik sedikit di 2021 dan akhirnya turun sedikit di 2024.
Jika dibandingkan dengan rata-rata 3 tahun terakhir (2020-2022), yaitu sekitar 71.72 persen, angka tahun 2024 ini jauh lebih tinggi. Namun, jika dibandingkan dengan rata-rata 5 tahun terakhir (2019-2023), yaitu sekitar 66.85 persen, angka tahun 2024 juga masih menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik. Kenaikan tertinggi dalam 5 tahun terakhir terjadi pada tahun 2018 dengan pertumbuhan mencapai 498.24 persen, sedangkan penurunan terendah terjadi pada tahun 2019 dengan penurunan sebesar 70.4 persen. Anomali terlihat pada tahun 2018 dan 2019.
(Baca: Peringkat dan Jumlah Kunjungan Situs Olahraga Periode April 2025)
Di tingkat pulau Maluku, Maluku menempati peringkat ke-2. Sementara secara nasional, Maluku berada di peringkat ke-2. Posisi ini menunjukkan bahwa persentase penggunaan minyak tanah untuk memasak di Maluku tergolong tinggi dibandingkan provinsi lain di Indonesia. Data ini juga mengindikasikan bahwa upaya diversifikasi energi untuk memasak di Maluku perlu ditingkatkan.
Kenaikan tertinggi penggunaan minyak tanah untuk memasak di Maluku terjadi pada tahun 2018. Sementara penurunan terendah tercatat pada tahun 2019. Adanya fluktuasi ini mengindikasikan dinamika perubahan perilaku masyarakat terkait penggunaan energi untuk memasak. Faktor-faktor seperti ketersediaan dan harga bahan bakar alternatif, serta program pemerintah untuk konversi energi, kemungkinan besar mempengaruhi pola konsumsi masyarakat.
Secara keseluruhan, data ini menggambarkan bahwa meskipun terjadi sedikit penurunan di tahun 2024, ketergantungan masyarakat Maluku terhadap minyak tanah untuk memasak masih relatif tinggi. Perlu adanya intervensi yang lebih intensif dari pemerintah daerah maupun pusat untuk mendorong penggunaan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Maluku Utara
Maluku Utara menempati peringkat pertama di pulau Maluku dan peringkat pertama secara nasional dengan persentase 97.19 persen. Meskipun demikian, terjadi sedikit pertumbuhan sebesar 0.27 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa Maluku Utara masih sangat bergantung pada minyak tanah untuk memasak.
(Baca: Jumlah Rumah Tangga di Jawa Tengah | 2024)
Maluku
Maluku berada di peringkat kedua di pulau Maluku dan peringkat kedua secara nasional dengan nilai 94.37 persen. Terjadi sedikit penurunan sebesar 1.52 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini mengindikasikan adanya upaya diversifikasi energi untuk memasak, walaupun belum signifikan.
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur menempati peringkat pertama di Nusa Tenggara dan Bali, serta peringkat ketiga secara nasional dengan nilai 86.57 persen. Pertumbuhan positif sebesar 8.61 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini menunjukkan bahwa Nusa Tenggara Timur juga masih memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap minyak tanah.
Papua
Papua menduduki peringkat pertama di pulau Papua dan peringkat keempat secara nasional, dengan nilai 77.26 persen. Pertumbuhan tertinggi dibandingkan wilayah lain dengan 180.51 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan yang cukup tinggi ini mengindikasikan bahwa penggunaan minyak tanah untuk memasak masih menjadi pilihan utama di Papua.
Kep. Riau
Kepulauan Riau menempati peringkat pertama di pulau Sumatera dan peringkat kelima secara nasional dengan nilai 76.51 persen. Terjadi sedikit penurunan sebesar 0.77 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Meski demikian, angka ini menunjukkan bahwa Kepulauan Riau juga masih memiliki tingkat ketergantungan terhadap minyak tanah yang perlu diperhatikan.